MOTIF DAN HIASAN PADA KERIS BIMA
MOTIF PADA BAGIAN GAGANG (URU)
Terkait dengan bagian
gagang keris Kesultanan Bima,
motif hias yang mencakupnya terdiri
dari motif hias figuratif/manusia, yang dikenal dengan
motif hias Sang Bima. Motif hias Sang Bima hadir pada keris
tatarapang Kesultanan Bima dengan bentuk dan karakter sesosok
manusia utuh yang memiliki
bagian kepala yang besar,
kaki yang pendek,
dan sebagainya. Bentuk Sang
Bima menjadi terdistorsi
dan terstilisasi.Sosok Sang Bima berdasarkan perspektif sejarah, bahwasanya beliau
adalah seorang yang berjiwa patriotik dan arif bijkasana yang
telah menyatukan daerah Bima sekaligus orang yang memberi nama
daerah Bima. Sehingga sosok Sang Bima diabadikan melalui karya
seni pada motif hias keris Kesultanan Bima yang terdapat pada
bagian gagangnya, hampir seluruh keris Tatarapang Kesultanan Bima mulai
dari level Anarunggu sampai dengan level Sultan menggunakan motif
Sang Bima pada bagian gagangnya.
MOTIF PADA BAGIAN WARANGKA
(LAPI)
sarung keris Kesultanan
Bima atau masyarakat Bima biasa
menyebutnya dengan Lapi keris merupakan salah satu bagian inti pada keris
Kesultanan Bima yang
dimana pada sarung keris tersebut terdapat beberapa motif hiasnya.
Motif-motif hias tersebut diantaranya ialah
motif hias bunga
setangkai, bunga samobo dan motif hias wunta papi mone yang dikelompokkan
pada motif hias
flora, kemudian motif hias
pado waji dan mbolo
ra dampa yang dikelompokkan pada
motif hias geometris serta
motif hias mahluk
imajinatif berupa burung garuda bertubuh manusia. Berikut ini bentuk motif
hias keris Kesultanan Bima :
Motif hiasan berbentuk Bunga :
- Bunga Satako (Bunga Setangkai)
Motif hias Bunga Satako ialah salah satu representatif dari motif hias tumbuh- tumbuhan yang banyak dipakai pada setiap karya seni termasuk keris Kesultanan Bima. Seluruh keris Tatarapang (Tata urutan Kesultanan Bima) memiliki motif hias Bunga Satako dan keris yang paling dominan memperlihatkan motif hias Bunga Satako ialah keris yang dipegang oleh Sultan Bima yang berjuluk Samparaja dan Keris Jena Teke yang dipegang oleh Putra mahkota.

Motif hias Bunga Satako (Bunga Setangkai) melambangkan kehidupan keluarga yang mampu merangkai ukhuwah persaudaraan - Bunga Samobo Motif hias bunga
Samobo ialah motif hias
yang berbentuk sekuntum
bunga yang sedang mekar dan setiap sisinya memiliki bagian yang harmonis nan indah. Pada keris Kesultanan Bima pengaplikasian motif hias bunga Samobo biasa ditempatkan pada bagian
tengah lapi (sarung) keris
Motif hias Bunga Samobo (Bunga Sekuntum) mengandung makna manusia sebagai perwujudan ciptaan Tuhan untuk menjadi makhluk yang berjiwa sosialis - Wunta Papi mone
Motif hias ini tergolong dalam jenis motif hias tumbuh-tumbuhan karena berangkat dari bentuk pohon yang berdiri tegak dan sering disematkan dengan pohon beringin atau masyarakat lokal sering menyebutnya sebagai Fu’u Due. Biasanya motif hias Wunta Papi Mone ditempatkan pada baju pengantin laki-laki pada acara pernikahan dan upacara adat, hal ini dikarenakan motif hias Wunta Papi Mone khusus diperuntukkan untuk aksesoris laki- laki. Jikalau ditinjau dari segi penempatannya pada keris Kesultanan Bima bahwasanya motif ini sering ditempatkan pada bagian bawah lapi (sarung) keris, dan pengaplikasian motif ini berangkat dari pola Tumpal yaitu berbentuk segitiga berderet secara harmonis.
Motif hias Wunta Papi Mone, hias ini mengandung makna perlambangan kejantanan seorang laki-laki.
Motif Hiasan dengan Ornamen Geometris :
- Pado Waji (Belah Ketupat)
Motif hias Pado Waji secara sederhana diartikan sebagai motif hias yang bentuknya seperti belah ketupat. Penempatan motif hias Pado Waji pada keris Kesultanan Bima terletak di bagian sarung keris, sewalaupun tidak semua keris Tatarapang Kesultanan Bima memiliki motif ini. Namun ada satu golongan keris yang dominan menampakkan motif hias Pado Waji yaitu keris Tatarapang yang dipegang oleh Perwira tinggi yang berbahan material perak/platina. Kalau ditinjau dari aspek teoritis ornamen Nusantara, bahwasanya motif hias Pado Waji ini lebih cenderung mengarah pada kategori motif Tumpal, yang dimana motif Tumpal memiliki bentuk dasar segitiga yang disusun secara harmonis dan membentuk pola berderet yang biasa digunakan pada ornamen tepi.Motif hias Pado Waji (Belah Ketupat), melambangkan tentang relasi antara Tuhan dan manusia
- Mbolo ra Dampa
(Lingkaran yang Harmonis)
Motif hias Mbolo ra Dampa merupakan motif hias yang terdiri dari lingkaran kecil yang membentuk sebuah pola yang harmonis. Dari pola tersebut berubah menjadi sebuah motif yang indah dan ideal. Motif ini dapat dijumpai pada sarung keris Tatarapang Kesultanan Bima dan biasa ditempatkan pada hiasan pinggir Lapi (sarung) keris. Disamping itu motif hias Mbolo Ra Dampa terdapat pula pada keris sakral Bilango atau nama lainnya ialah keris Sultan Ibrahim, namun masyarakat setempat biasa menyebutnya sebagai keris Ompu Nodo
Motif hias Mbolo Ra Dampa (Lingkaran yang Harmonis) motif hias ini memiliki makna bahwasanya masyarakat Bima harus menjujung tinggi musyawarah mufakat. - Mahluk Imajinatif Terkait motif hias
mahluk khayali,
masyarakat Bima telah menciptakan motif hias imajinatif pada beberapa produk karya seni tradisionalnya, salah satunya pada bagian sarung keris Tatarapang Kesultanan Bima. Dimana pada sarung keris tersebut memperlihatkan sesosok mahluk imajinatif berupa burung garuda yang bertubuh manusia dan biasanya disebut motif Garudea.
motif hias imajinatif burung garuda merupakan representatif dunia atas
MAKNA DAN SIMBOL KERIS KESULTANAN BIMA
Dalam perspektif masyarakat Bima sering kali mengadopsi makna simbolis motif hias sebagai falsafah hidup mereka, keberadaan motif ini memiliki makna simbolis yang sama dengan apa yang menjadi pedoman hidup orang Bima. Selain keris karya seni tradsional dari Bima diantaranya terdapat pada sarung songket (tembe nggoli), rumah adat Bima(uma lengge) dan tentunya pada benda pusaka keris Kesultanan Bima yang keseluruhan motifnya memiliki makna tersendiri. Ditinjau dari beberapa aspek, makna simbolis motif hias yang diterapkan pada keris Kesultanan Bima sebagai berikut :
A.
Makna Simbolis Motif Hias dari Aspek Bentuk
Motif hias Bunga
Satako (Bunga Setangkai)
melambangkan kehidupan
keluarga yang mampu
merangkai ukhuwah persaudaraan.
Motif hias Bunga
Samobo (Bunga Sekuntum) mengandung makna manusia sebagai perwujudan
ciptaan Tuhan untuk menjadi makhluk yang
berjiwa sosialis humanistik.
Motif hias Wunta
Papi Mone, hias
ini mengandung makna perlambangan kejantanan seorang laki-laki.
Motif hias melambangkan tentang relasi
antara Tuhan dan manusia,
Motif hias figuratif
Sang Bima dan mahluk
imajinatif, bahwasanya motif hias
Sang Bima hadir
sebagai bentuk penghormatan roh
nenek moyang yang memiiliki jiwa patriotic.
Motif hias imajinatif burung
garuda merupakan representatif dunia atas.
Motif hias abstrak dari pamor keris konon kehadiran pamor menambah daya
sakti atau unsur
magis pada keris
itu sendiri.
B.
Makna Simbolis Motif Hias dari Aspek Penempatan
Motif hias pada
keris tatarapang Kesultanan Bima memiliki makna tersendiri, yaitu adanya Ukiran
patung Sang Bima dengan kepala Sang Bima
pada ukiran gagangnya terlihat menunduk memiliki makna bentuk ketundukkan dan ketaatan terhadap adat bima. Kemudian Terlihat posisi badan nya
agak condong atau miring ke kiri agar memberikan posisi kenyamanan untuk di
pegang.
C.
Makna Simbolis Motif Hias dari Aspek Material dan Warna
Dilihat dari aspek material dan warna terkait motif hias yang diterapkan pada
keris tatarapang Kesultanan Bima,
keduanya merupakan satu kesutuan
yang menyatu karena entitas
warna mengikut pada
jenis material yang diaplikasikan. Terkait
itu secara dominan material pokok yang dipakai pada keris Kesultanan
Bima ialah emas dan perak kemudian bilahnya
terbuat dari besi Luwu.
Disamping itu terdapat material yang sangat
berharga pada salah
satu keris tatarapang Kesultanan
Bima yaitu yang berjuluk
Samparaja (Keris Raja),
dimana pada keris Samparaja terdapat material batu permata yang
berjumlah 5 biji dengan warna yang
berbeda-beda dan digantung
pada bagian bawah sarung
keris. Perihal batu permata
yang terdapat pada
keris Kesultan Bima dimana
batu permata tersebut
terdiri dari dua batu
berwarna biru, satu
buah berwarna merah, dan satu berwarna kuning serta satu lagi berwarna
merah muda (pink). Jenis batu yang berwarna merah yaitu batu ruby, yang
berwarna merah muda yaitu batu delima, yang berwarna biru yaitu batu safir
biru laut, dan
yang berwarna kuning
yaitu batu safir kuning (citrine).
Terkait makna simbolis yang ditinjau dari aspek
warna dan material, nampaknya yang mencakup secara paripurna ialah
kelima batu permata yang
digantung pada sarung keris
berjuluk Samparaja. Kelima
batu permata tersebut mengartikan
warna-warni kehidupan
manusia. Warna biru
diartikan sebagai rasa
kebijaksanaan dan kecerdasan, warna
merah dilambangkan sebagai keberanian dan
semangat yang membara, kemudian warna
kuning merupakan warna emas
sebagai simbol keluhuran
sedangkan terakhir warna merah muda (pink) bermakna tentang cinta dan
kasih sayang.



