USM7uKzrSsmCaVoTHNCgNHTLw5k8mZOpxmzx7nna
Bookmark

MAJA LABO DAHU DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT BIMA

 

MAJA LABO DAHU DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT BIMA

Etika dalam kehidupan orang Bima dapat dikenal melalui

penelusuran makna sesanti dan beberapa motto yang sudah adasejak zaman kesultanan Bima. Sesanti ialah suatu ajaran etika yangmengandung nilai-nilai utama yang menjadi pedoman dalamkehidupan bermasyarakat. Ajaran tersebut merupakan tuntunantata kehidupan yang beradab, yaitu perikehidupan yang dilandasi

nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat.

Dalam ajaran tersebut terkandung norma-norma yang merupakanperisai rohani dan sarana pengendalian diri bagi setiap warga douMbojo (orang Bima). Sejak jaman kerajaan sekitar abad ke 16,

masyarakat Bima (dou Mbojo) telah mengenal adanya sesanti yangmewarnai kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan. Ajaranetika kehidupan tersebut dipertahankan sebagai suatu warisannenek moyang yang tinggi nilainya, namun sekarang getarannyasudah melemah. Dan patut disayangkan tidak adanya satu lembaga(adat) yang secara khusus menangani atau memelihara kelestarianwarisan budaya dou Mbojo demi tetap tegaknya norma berikutsanksinya. Ajaran yang terkandung dalam sesanti tersebutberkembang dengan sendirinya berkat adanya kesesuaian denganfalsafah pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.

Sesanti kehidupan masyarakat Bima (dou Mbojo) terungkap dalambahasa Bima atau (nggahi Mbojo) yang berbunyi: “maja labo dahu”,

budaya malu yang tertanam dalam kalbu setiap insan dou Mbojo, menjadikan seseorang mampu mengendalikan diri untuk tidakberbuat sesuatu yang tidak baik (terlarang), yang dipandang tidakpatut dan tidak sesuai dengan etika kehidupan manusia yangbermoral dan beradab. Rasa malu yang terpancar dari dalam kalbuseseorang akan mengendalikan nafsunya sehingga tidak melanggar


norma agama, norma adat, norma susila dan norma hukum. Maludan takut (taqwa) saling melengkapi sehingga ajaran etika tersebutmampu membentuk kepribadian yang di dalamnya tertanam nilai

moral yang luhur sebagai wahana pengendalian diri yang ampuh.

Oleh sebab itu ajaran etika tersebut haruslah benar-benardiamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara. Begitu tinggi derajat seseorang yang menghayati danmengamalkan ajaran yang tertuang dalam sesanti “maja labo dahu”tersebut sehingga setiap anak-anak yang akan merantau danmenuntut ilmu di kota-kota besar, orang tua selalu mengingatkanputra-putrinya untuk tetap berpegang pada sesanti leluhur mereka“maja labo dahu“, dan sebaliknya tanpa mengenal dan tidakmengamalkan ajaran etika seperti yang terkandung dalam “maja labodahu”, seserong akan sulit diterima dalam pergaulan hidupbermasyarakat di dana Mbojo. Sesanti “maja labo dahu” yangmerupakan sumber ajaran etika dalam kehidupan masyarakat Bima,

aktualisasinya dijabarkan dalam berbagai motto yang merupakanwahana pendorong semangat dan kebulatan tekad untuk berbuatbaik, berwatak kesatria, memupuk rasa kesetiakawanan sosial,

mengutamakan kepentingan umun dari pada kepentingan pribadi

dan masih banyak lagi yang lainnya. Motto yang bersumber dari

sesanti “maja labo dahu” tersebut sekaligus juga merupakan etikapemerintahan adat dana Mbojo. Berikut beberapa motto yang dalam kehidupan masyarakat danperintahan Bima yang diungkapan dalam bahasa Bima( nggahi

Mbojo):

1. Taho Ra Nahu Sura Doa Labo Dana (mengutamakankepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri).

Ungkapan dalam motto tersebut mengandung pergentianmengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri

sendiri (raja/pemimpin). Motto tersebut diucapkan oleh raja

165(pemimpin) sebagai pernyataan sikapnya dalam melaksanakantugas. (taho ra nahu=kepentingan dikorbankan, sura=demi, dou=rakyat, labo=dan dana=tanah air). Kurang lebih maknanyasebagai berikut: “aku mengabdi demi rakyat dan tanah air”.

Demikian pernyataan setiap pemimpin dou Mbojo. Tegasnya motto“taho ra nahu sura dou labo dana,” sama artinya dengan ungkapkan:

“mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

tiap golongan

Ajaran yang dapat dipetik pengertiannya dari motto yaitu bahwasetiap pemimpin hendaknya mengutamakan tugas kewajibannyamengayomi rakyat dalam arti memperhatikan kesejahteraan rakyatseluruhnya. Sikap seperti itu diperkuat dengan motto lain yangberbunyi.

2. Sa Wau Tundu Sa Wale (seberat apapun tugas kewajiban ituharus dijunjung dan dipikul (dilaksanakan))

Motto tersebut mengandung pengertian bahwa seberat apapuntugas kewajiban itu harus dijunjung dan dipikul (dilaksanakan).

Inilah sikap kesatria yang dikenal sebagai ciri, watak, dan semangatkerja dou Mbojo. (suu=menjunjung, sa wau=sedapat mungkin, sawale=sekuatnya). Motto tersebut diatas mirip maknanya denganmotto lain yang berbunyi:

3. Taki Ndei Ka Taho, Ana Di Wangga Ndei Toho

Motto tersebut mengajarkan atau mengingatkan setiap orang(pemimpin) bahwa apabila menerima perintah atau mendapattugas, maka anak dipangkuan dilepes atau ditinggalkan. Betapapunseorang pemimpin mencintai seorang anak dan istrinya, namuntugas jabatan harus diutamakan. (taki=tugas, ndei kataho=disempurnakan, ana=anak/keluarga, di wangga=dipangkuan,

ndei toho=diletakkan/ditinggalkan.


Ketiga motto di atas lebih tepat disebut sebagai etikapemerintahan adat Bima, dan merupakan pedoman bagi setiappemimpin masyarakat dana Mbojo apapun tingkatnya.

4. Ka Tupa Taho, Sama Tewe Sama Lemba. (ringan sama dijinjing,

berat sama dipikul).

Motto ini mengandung makna bahwa pembangunandilaksanakan bersama-sama secara gotong royong, ringan samajinjing berat sama pikul. Pandangan hidup ini membentuk watakdou Mbojo yang dikenal rukun dan cinta kebersamaan, memupukrasa kesetiakawanan sosial. Secara harfiah kata-kata dalam mottotersebut dapat diartikan: “ka tupa=mempatutkan, kataho=memperbaiki=membangun, sama=bersama-sama, tewe=jinjing, lemba= pikul. Motto tersebut sama artinya denganungkapan: “ringan sama dijinjing berat sama dipikul.”

5. Ntanda Sama Eda Sabua (memandang bahwa semua rakyat itusama tanpa memandang bulu).

Motto ini bermakna bahwa sesungguhnya warga masyarakat ini

pada dasarnya sama kedudukannya dalam memperoleh hak danmemikul kewajiban. Tidak ada perbedaan pemberian layananantara yang kaya dengan yang miskin dan sebagainya. Pemimpinhendaknya memberikan pelayanan yang sama terhadap warganyatanpa pandang bulu, namun setimpal dengan status dan kedudukanseseorang dalam masyarakat.

Motto tersebut mencerminkan sikap pemimpin masyarakat Bimayang adil dan senantiasa membina persatuan kesatuan.

(ntanda=memandang, sama=sama, eda=lihat, sabua=satu).

6. Ndinga Pahu Labo Rawi (sesuai bentuk dengan kerja upaya)

167Motto ini mengandung pengertian bahwa seseorang akanmendapat hasil sesuai dengan usahanya. Keadilan bagi masyarakatBima ditentukan atas dasar pertimbangan kedudukan atau statusseseorang dalam masyarakat atau usaha yang dilakukan.

(ndinga=sesuai, pahu=bentuk, labo=dengan, rawi=kerja=upaya)

7. Nggahi Rawi Pahu (apa yang sudah diucapkan oleh lidah harusdilaksanakan)

Amanat yang terkandung dalam motto ini cukup beratdilaksanakan dan membutuhkan semangat kerja keras dan usahaterus menerus sehingga mencapai hasil seperti yang direncanakan(nggahi=ucapan, rawi=bekerja, pahu=rupa atau hasil pekerjaan).

Apabila seseorang atau pemimpin telah menyatakan tekad atausesuatu janji maka haruslah diikuti dengan bekerja keras agarsupaya apa yang diucapkan/direncanakan atau dijanjikan dapatterwujud menjadi kenyataan. Apabila tidak berhasil makacemoohan rakyat akan muncul sebagai resiko yang diterima denganperasaan pahit oleh orang yang mengucapkan janji. Oleh sebab itudiingatkan bagi pemimpin untuk tidak mudah berjanji kepadarakyat.

8. Renta Ba Rera, Ka Poda Na Ade, Ka Rawi Ba Weki (diucapoleh lidah, diyakini oleh hati, dan dikerjakaan oleh anggota badan).

Maksud motto tersebut diatas ialah bahwa sesuatu yangdiucapkan harus diyakini kebenarannya dan sanggup dilakukanoleh anggota badan. (renta=diucap, ba rera=oleh lidah, kapoda=diyakini, ba ade=oleh hati, ka rawi=dikerjakan, ba weki=olehanggota badan. Pesan yang terkandung dalam motto tersebut, membina sikapdan watak orang Bima untuk selalu konsekuen, mentaati semuaperaturan dan menepati janji. Demikianlah sesanti dan beberapa


motto yang ada berkembang, membina watak dalam kehidupanmasyarakat Bima. Motto-motto lain masih cukup banyak. Rupanyamakna sesanti dan motto-motto tersebut belum begitu dikenal

terutama oleh generasi muda angkatan abad ke 20-an. Namundemikian bukanlah berarti mereka tidak atau belum mengenalkanjiwa, semangat dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalamsesanti

dan motto tersebut.

A. Pengertian “Maja Labo Dahu”

Ungkapan maja labo dahu terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri yaitu, kata maja, kata labo, dankata dahu. Arti harfian dari “maja” ialah “malu”, “labo” berarti

“dengan/dan” sedangkan “dahu” berarti “takut” dengan demikianmakna harfiah dari ungkapan “maja labo dahu” ialah “malu dantakut”. Dalam pandangan dan pemahaman masyarakatMbojo/Bima, maja labo dahu memiliki makna filosofi yang begitudalam dan luas. Dari oral history para ahli sejarah, budayawanhingga tokoh agama masyarakat Bima mengatakan, bahwa katamaja memiliki makna “malu” kepada Allah SWT. Sebagai Tuhandan masyarakat sebagai makhluk sosial dalam berbuat yang tidaksesuai dengan anjuran agama Islam dan adat masyarakat yangberlaku, sedangkan dahu memiliki makna “takut” kepada AllahSWT dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan jalan danajaran Islam dalam segala bentuk dan perilaku hidup.

Kata “maja” dan “dahu” memiliki arti lebih dari satu (homonim),

selain makna negatif juga berkonotasi positif bagi jiwa, kepribadianserta sikap masyarakat. Kita harus sadar bahwa “maja labo dahu”sebagai “fu`u mori ro woko” (tiang atau pedoman hidup) masyarakat

169Mbojo/Bima merupakan ungkapan yang memiliki makna yang luasdan mulia bagi manusia dari segi “sare`at, hakekat dan ma`rifat”(syari`at, hakekat dan ma`rifat). Guna memahami kata “maja” dan“dahu” secara jelas ini arti dua kata tersebut, dalam kalimat danungkapannya:

a. Arti Negatif

1. “Ma Maja Ro Dahu Si Sodi Guru, Wati Di Maloa Sa Ntoi Mori”.

Terjemahannya: Kalau malu dan takut bertanya pada guru,

tidak akan bisa pandai sepanjang hayat.

2. “Maja Ro Dahu Si Rewo Labo Dou Ma Mboto, Wati NtaumuIwa”. Terjemahannya: Kalau malu dan takut bergaul denganorang banyak (masyarakat), tidak akan mempunyai teman(sahabat).

Kata “maja” dan “dahu” pada dua kalimat di atas mengandungpengertian yang negatif. Kata “maja” bermakna segan, rendahdiri serta tidak memiliki harga diri, sehingga menimbulkan sikap“dahu” dalam arti bimbang, ragu, tidak berani bertindak. Duasikap tersebut akan melahirkan sosok pribadi yang lemah.

b. Arti Positif

1. “Maja Kai Pu Ma Taho, Dahu Kai Pu MaIha”.Terjemahannya: Malulah pada yang baik dan takutlahpada yang jelek (buruk). Ungkapan ini mengandungmakna manusia memiliki rasa “maja” (malu) apabilamenjauhi kebaikan atau kebenaran. Mereka harusberjuang untuk mewujudkan kebaikan dan kebenaran.

Selain itu manusia diharuskan untuk “dahu” (takut) padakejahatan, dengan kata lain manusia berkewajiban untukmenjauhi semua kejahatan.


2. “Indokapo Di Fu`u Ro Tandi` Na Ba Mori Ro Woko DeAnae, Ede Ru “Maja Labo Dahu”. Arti harfiah dari

ungkapan ini ialah “Adapun yang menjadi tiang utama(soko guru) dari hidup dan kehidupan itu anakku ialah“malu dan takut”.Ungkapan ini memiliki makna yang luasdan mulia. Para orang tua menasehati anaknya agarmemegang teguh sifat “maja labo dahu” dalammengembang tugas sebagai khalifah Allah dan sebagai

hamba Allah.

Semua orang Mbojo/Bima tahu apa artinya, namun hanyasebagian yang mengerti apa maknanya, dan lebih sedikit lagi yangmengamalkan isi yang terkandung didalamnya.

Maja labo dahu, yaitu malu dan takut berbuat maksiat, maludan takut mengumbar aurat, malu dan takut meminum minumankeras, malu dan takut durhaka terhadap orang tua, malu dan takutberzina, malu dan takut menfitnah, malu dan takut salingbermusuhan, serta malu dan takut berbuat dosa dan menjalankansegala larangan agama.

Dahulu begitu banyak yang menjunjung tinggi nilai-nilai

maja labo dahu, namun sekarang hanya tersisa mereka yangbermental “damaja labo dambalu”.

B. Fungsi “Maja Labo Dahu”

Berbicara tentang karakteristik dan budaya di Indonesia,

tentunya ditiap-tiap daerah berbeda-beda, salah satu diantaranyaadalah budaya Bima, dan disini kita berbicara budaya Bima dalameksistensinya di arus globalisasi yang kita kenal dengan eramodernitas. Berbicara tentang budaya, maka kita tidak terlepas dari

171makna dan karekteristik budaya lokal kita yang menjadi ciri khasdalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Di zaman ini, banyak perubahan yang dialami olehmasyarakat diberbagai penjuru, tidak terlepas Bima itu sendiri.

Berdasarkan kondisi real dunia, negara bagian timur adalah negarakonsumen terbesar dari hasil produk ekonomi dunia. Salah satunyaadalah Indonesia itu sendiri dan di dalamnya ada sosok pulau kecil

yakni Bima. Arus modernitas telah menginfluensi arah pemikirannegara-negara timur sebagai negara konsumerime terhadap produkekonomi. Mereka cenderung bepikir instan dan berpikir pendektanpa harus mengetahui asal-muasal dimana merekamemperolehnya. Budaya, style, makanan serta paradigma telahmerubah gaya hidup mereka yang dulu cenderung membela diri

dan sekarang harus membuka diri menerima setiap pengaruh-pengaruh dari luar yang sifatnya akan menghancurkan mereka.

Salah satu bukti nyata adalah; dulu masyarakat Bima sangat kental

sekali dengan budayanya yakni “maja labo dahu” yangdiimplementasikan dalam sebuah bentuk budaya rimpu oleh kaumwanita, tetap sekarang budaya itu mulai sirna seiring perkembanganzaman. Apabila fungsi dan peranan maja labo dahu terlaksana maka cita,

rasa, karsa dan karya manusia akan bermanfaat bagi rakyat dannegeri. Seseorang baru dapat berbuat demikian apabila dalampribadinya terpancar takwallah (takut kepada Allah), siddiq ataujujur, amanah, tabliq, cerdik dan adil. Jika seseorang sudahmemiliki serta mengamalkan enam nilai tersebut ia akan mampumengembang tugas dengan baik dan benar, akan berperan sebagai

pengayom dan pelindung rakyat dan negeri dalam melakukan


tugasnya selalu memegang teguh nilai-nilai luhur “maja labo dahu”sebagai berikut:

1. Apa yang diikrarkan oleh lidah harus sesuai dengan suarahati nurani dan harus pula diamalkan. Nilai yangberfungsi membentuk tanggung jawab dalam melakukantugas, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggotamasyarakat.

2. Nilai menjunjung tinggi asas kekeluargaan danmusyawarah.

3. Apa yang telah dihasilkan dalam musyawarah harusdiprogramkan dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakatserta gotong royong.

4. Apa yang diikrarkan, dalam arti yang telah diprogramkanharus diwujudkan menjadi ketaatan. 5. Bagaimanapun tugas yang diemban, harus dijalankandengan sabar dan tabah, pantang untuk lari dari tanggungjawab.

6. Semua hasil pembangunan yang telah dicapai melalui

perjuangan seluruh rakyat harus dinikmati secara adil, sesuai besar kecilya tanggung jawab yang dipikul.

7. Nilai luhur ditunjukan kepada kelompok yang memilihnilai lebih, baik dari segi harta maupun kekuasaan, agarselalu memikirkan kepentingan orang lain. Mereka harusmemiliki kepedulian yang tinggi.

Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa anggota masyarakatakan merasa malu apabila sistem budaya dan norma agamadilanggar. Sifat malu bagi orang beriman dan sifat takut bagi orangyang bertaqwa, dijadikan norma adat yang harus dipegang teguh

173sebagai tiang atau pedoman hidup. Apabila ada yang melanggarakan mendapat hukuman dari masyarakat dan dari Allah.

Apabila sultan sebagai pengayom dan pelindung rakyat dannegeri melanggar pedoman hidup itu, maka dianggap sebagai

golongan “mancemba” (pelanggar adat). Karena itu harus dihukumsesuai dengan hukum adat. Kalau pelanggarannya berat akanmemperoleh hukuman “huda” (hukuman badan) dibuang ataudiberhentikan dari jabatannya, kalau pelanggarannya ringan, akanmemperoleh hukuman “denda”. Hal sama diberlakukan padaseluruh golongan bangsawan.

Selain jenis hukuman huda dan denda, ada pula jenishukuman yang disebut “paki weki” (membuang atau menasingkandiri) ke daerah lain dari sanak saudara serta kampung halaman.

Paki weki dilakukan atas kemauan sendiri, merasa aib atasperbuatannya, Selama di daerah pengasingan berusaha sekuattenaga sertai niat yang ikhlas untuk melakukan taubat kepada Allah.

Menurut masyarakat, akhlak merupakan faktor penentubagi perkembangan semua unsur kebudayaan konkrit yangberwujud kelakuan. Sebab itu pembinaan akhlak melalui

pendidikan harus dilakukan sendini mungkin oleh orang tuasebagai pendidik utama dan terutama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi dan perananmaja labo dahu adalah untuk meningkatkan sumber daya manusiasecara utuh. Karena itu tidaklah mengherankan, apabila masa laluorang Bima memiliki daya saing tinggi. Mereka mampu bersaingpada era globalisasi kedua, walau pada akhirnya daya saingmelemah karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuanteknologi.



(Oleh: Nurfitriah)


Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar