Silsilah Kesultanan Dompu
1. Dewa Bat. Dompu Indera Kumala
2. Dewa Ind. Dompu
3. Dewa Mbora Dompu
4. Dewa Mbora Balada
5. Dewa yang punya kuda
6. Dewa yang mati di Bima (diasingkan karena zalim)
7. Dewa Mawaa La Patu (Raja Bima bergelar Mawaa Laba)
8. Dewa Mawaa Taho Dadela Nata Joharmani
Kerajaan Dompu setelah berubah menjadi kesultanan
Berikut ini adalah silsilah Sangaji (Sultan) setelah kerajaan Dompu berubah menjadi kesultanan, karena masuknya pegaruh agama Islam, sehingga sebutan raja pun berubah menjadi Sultan. Namun dalam keseharian raja ataupun sultan tetap disebut sebagai Sangaji.
- 1545-1590: Syamsuddin
- 1590-1627: Jamaluddin
- 1627-1667: Siradjuddin, (Jeneli Dea, Tureli Bolo)
- 1667-1697: Abdul Hamid Ahmad
- 1697-1718: Abdul Rasul, Bumi So Rowo
- 1718-1727: Usman Daeng Manabang
- 1727-1732: Abdul Yusuf Usman
- 1732: Kamaludin Ali Akbar
- 1732-1749: Abdul Kahar Daeng Mamu
- 1749-1765: Ahmad Alaudin Johansyah
- 1765-1774: Abdul Kadir (Jeneli Hu’u)
- 1774-1787 dan 1793-1798: Abdurrahman
- 1787-1793: Abdul Wahab, (Tureli Dompu)
- 1798: Yacub Daeng Pabela
- 1798-1799 dan 1799-1805: Abdullah I
- 1805-1809: Muhammad Tadjul Arifin
- 1809-1857: Abdul Rasul II(Dae Hau) Mawaa Bata Bou
- 1857-1870: Muhammad Salahuddin
- 1870-1882: Abdullah II
- 1882-1934: Muhammad Siradjuddin. Turun Tahta: 11– 9-1934 Wafat: 14 – 2- 1937
- 1947-1955: Muhammad Tadjul Arifin II
Putra dari Sultan Muhammad Sirajuddin tidak ada yang diangkat menjadi sultan pengganti Muhammad Sirajuddin, karena pemerintahan diambil alih oleh Belanda dan Sultan Muhammad Sirajuddin termasuk raja Muda (Ruma To’i) Abdul Wahab diungsikan ke Kupang
Pada saat pemulihan kembali kesultanan, yang diangkat menjadi sultan adalah cucu dari Muhammad Sirajuddin, Muhammad Tajul Arifin Sirajuddin, anak dari raja Muda Abdul Wahab (Ruma To’i).
Istana, sejarah istana kerajaan DompuIstana pertama. Istana Dompu pertama kali dibangun berlokasi di Negeri Tonda (dusun Tonda, desa Mumbu, kecamatan Woja sekarang).
Istana ini sudah dibongkar ketika ibu kota kerajaan Dompu dipindah ke Negeri Bata
Istana kedua dibangun di Negeri Bata (lingkungan Doro Bata, Kandai Satu, kecamatan Dompu). Istana ini sudah rusak akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815, lalu dipindahkan ke Negeri Rato.
Istana ketiga (Asi Bou) dibangun tahun 1815 di Negeri Rato (lingkungan Rato, kelurahan Karijawa, kecamatan Dompu sekarang). Pada tahun 1942 Jepang menghapus kerajaan Dompu dan menggabungkannya dengan kerajaan Bima.
Kerajaan Dompu menolak digabung ke Bima, istana ini dihancurkan oleh tentara Jepang pada tahun 1942.
Kerajaan Dompu kembali memisahkan diri dari Bima setelah 5 tahun bergabung. Diangkat kembali raja Dompu dan dibangunlah istana bergaya belanda pada tahun 1947. Istana Dompu bergaya belanda ini sebagai istana Dompu ke empat.
Pada tahun 1980-an istana bergaya belanda dibonkar untuk perluasan bangunan RSUD Dompu. Berlokasi di Bada di dekat jembatan Raba Laju.
Istana, bekas istana kerajaan Dompu Istana ketiga (Asi Bou) dibangun tahun 1815 di Negeri Rato (lingkungan Rato, kelurahan Karijawa, kecamatan Dompu sekarang). Pada tahun 1942 Jepang menghapus kerajaan Dompu dan menggabungkannya dengan kerajaan Bima.
Kerajaan Dompu menolak digabung ke Bima, istana ini dihancurkan oleh tentara Jepang pada tahun 1942.
Masa pendudukan Jepang di Dompu bangunan istana ini dijadikan tempat untuk tentara Jepang, sebelum akhirnya dihancurkan oleh Jepang sendiri. Kemudian pihak keluarga kesultanan Dompu memindahkan bangunan istananya ke tempat yang sekarang, yaitu berlokasi di Kelurahan Karijawa, Kecamatan Dompu.
Saat ini anak tangga untuk naik ke atas istana berada di sisi utara, dan sebagian ruangan yang ada di sisi utara dan sisi selatan bangunan istana ini telah dipotong. Dimana pada awalnya pada sisi utara bangunan bekas Istana Dompu ini merupakan ruangan tamu dan ruangan yang mengalami pemotongan di sisi selatan awalnya adalah dapur.
Istana Kesultanan Dompu dihancurkan Jepang untuk keperluan membuat bunker (benteng bawah tanah) sebagai sarana pertahanan menghadapi serangan Sekutu. Istana ini serupa dengan istana tua Kesultanan Bima dan Kesultanan Sumbawa, semua rangka dan dindingnya terbuat dari bahan kayu jati. Lokasi tempat berdirinya di lahan sekitar satu hektar yang kini menjadi areal tegaknya masjid raya Dompu, Baiturahman.
Pada masa sultan terakhir, Muhammad Tadjul Arifin Siradjuddin, kegiatan pemerintahan menggunakan bangunan parmanen bekas peninggalan Pemerintah Hindia Belanda, yang telah pula dihancurkan dan kini di lokasi itu berdiri Rumah Sakit Umum Daerah Dompu.
Sekarang, terkait dengan kesepakatan keluarga besar keturunan kesultanan Dompu yang menyatu dalam naungan Yayasan Kesultanan Dompu, berupa adanya keinginan membangkitkan kembali dan merevitalisasi tradisi kesultanan Dompu, maka kebutuhan akan istana kesultanan Dompu menjadi target penting dan mutlak untuk diwujudkan.
Berdasarkan paparan di atas, perlu dilakukan langkah-langkah mulai dari perencanaan hingga berdirinya replika istana kesultanan Dompu yang berlokasi di Kota Dompu, dalam rangka merealisasi pengadaan istana kesultanan Dompu.
