USM7uKzrSsmCaVoTHNCgNHTLw5k8mZOpxmzx7nna
Bookmark

Seni Tari

Kesenian rakyat dilakukan pada acara-acara perkawinan, sunatan dan lain-lain daripada rakyat biasa. Berbeda dengan kesenian istana kesenian rakyat tariannya hanya dilakukan oleh pria. Kesenian rakyat dipertunjukkan pada upacara perkawinan dan sunatan kerajaan, tetapi dilakukan di halaman istana dengan ditonton oleh orang banyak. 

Tarian Istana disebut Mpa 'a Asi (tari Istana) terdiri dari dua macam tarian mpa'a mone dan mpa'a siwe :

Mpa'a Mone (tari putera)
Tarian ini dilakukan 12 orang remaja putera, dengan formasi berbanjar empat masing-masing dua orang di belakangnya.

Pakaian Tari : 

  1. Kain weri (sarung yang kaku) dipakai sepanjang di bawah lutut, diikat dengan ikat pinggang terbuat dari logam (salepe mone ), 
  2.  bagian atas badan tidak pakai baju, hanya ada hiasan dada dari logam perak atau emas bundar. 
  3. Tutup kepala dipakai Songko Lanta berbentuk bundar terbuat dari tanduk dengan hiasan pucuknya logam emas atau perak berukir bundar dan di bagian belakang sederet hiasan kembang. 
Tarian putera ada delapan macam dengan gerak yang berbeda-beda pada bagian yang tertentu.

Mpa'a siwe (tari puteri)
Tarian ini dilakukan oleh satu penangka (regu) terdiri dari 12 orang pputeri berdasarkan menurut umur yaitu: 

  1. Kelompok umur 7-10 tahun, satu penangka 
  2. Kelompok umur 11-12 tahun, satu penangka 
  3. Kelompok umur 16-18, satu penangka
  4. Kelompok umur dewasa, satu penangka 

Gerak tari adalah lam bat dengan gerak tangan dan badan yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu dengan kipas di tangan kanan dan sapu tangan satu lembar sulaman perak. 

A. Pakaian tari adalah untuk Anak-anak : 

  1. Sarung songket yang dibuat kaku bagian atas tidak pakai 
  2. baju tetapi berbagai hiasan kalung berlapis-lampis
Perhiasan :
  1. kalung Pending (Sapele),
  2. kawari (logam perak), emas berukir bentuk bundar) dipakai di dada
  3. anting-anting
  4. gelang di tangan serta pawala (manik-manik) dan gelang lengan. 

B. Remaja dan dewasa : 

  1. sarung qibuat kaku wama atau corak disesuaikan dengan baju. 
  2. baju poro (pendek) berwama merah, ungu atau siklam, dihiasai penggiriran emas-emasan dan manik-manik. 

Perhiasan : 

  1. pending (salepe )
  2. jima (gelang)
  3. Karabu (subang) atau bangka dondo (subang dengan hiasan panjang)
  4. jima ancu (gelang lengan)
  5.  jungge dondo (hiasan sanggul), 
  6. jungge bunga {kembang hiasan sanggul biasanya melati atau cempaka), tidak memakai kalung. 

Motif Tradisional sarung adalah Corak : 

  1. me'e ma owa (hitam-biru)
  2. siri keta (hitam-merah) 
  3. bali loko (merah-merah muda) 

ditenun songket dengan benang perak. 

Tarian puteri ada delapan macam yang oleh setiap pe-nangka (regu) dikuasai dua macam tarian. Nama-nama tari mpa'a siwe adalah 

  1. karaengta
  2. Ujan dante
  3. Lengisara
  4. rombo to 'i
  5.  rombo Na 'e
  6. Dongkaladi

  7. Katubu 

Tari Toja 
Tari Toja dilakukan oleh dua orang atau empat orang puteri. Pada jaman dulu tari ini juga ditarikan oleh puteri, akan tetapi dengan pola gerak yang berlainan. Ciri Tari Toja adalah pemakaian selendang panjang dan lebar dengan gerakan ber-putar sambil berganti tempat. Tari ini dikatakan yang paling sulit, karena sangat halus dan bergaya khas. O!eh karena itu hanya seorang penari yang sudah mapan betul yang dapat menarikannya, setelah melalui latihan kemahiran menari Mpa'a yang cukup panjang.

Tari Toja adalah tari klasik Istana Bima yang sudah di kenal berabad yang lampau (di dalam naskah-naskah lama tari Toja selalu disebut pengisi acara-acara resmi).
Tari Toja merupakan tarian yang mengisahkan sejarah legenda asal mula Kerajaan Bima. Kisahnya menggambarkan sejarah puteri peri yang setelah melahirkan seorang puteri dari Raja Indra Zamrud , berkeinginan akan terbang kembali ke kayangan, dan berpesan-lah puteri peri agar puteranya dibaringkan di balkom atau emperan terbuka setiap malam sehabis magrib agar bisa di datanginya untuk menyusui. Tradisi ini disebut Cena dan tertinggal sampai keturunan Sultan Bima terakhir Sultan Muhammad Salahuddin, putera H. A. Kahir. Pakaian Tari Toja sama dengan pakaian tarian Bima lainnya.

Tari Lenggo 
Tari Lenggo adalah satu ·satunya tarian puteri yang boleh dilakukan di luar istana. Karena tari Lenggo boleh .diikuti oleh gadis-gadis dari rakyat biasa, dan dikhususkan juga untuk di-pertunjukkan pada upacara Sirihpuan pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw. secara besar-besaran.
Pakaian Tari Lenggo adalah baju poro merah, kain sarung polos kuning dan sapu tangan sulaman perak berwama putih. Lenggo yang ditarikan oleh puteri-puteri disebut Lenggo mBojo, yang pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw. ditarikan di atas a tau di dalam mahligai yang diusung ramai-ramai oleh rakyat banyak.
Tari Lenggo mBojo pada acaratersebut dipadukan dengan tari Lenggo Melayu yaitu sebuah tarian yang berasal dari daerah Melayu (kampung orang-orang Melayu asal keturunan pendekar-pendekar Islam di Bima yang terletak di sebelah utara kota Bima).
Tari Lenggo Melayu ditarikan oleh remaja putera ber-pakaian celana panjang seperempat berwarna hitam dan tutup kepala berhiaskan logam bentuk bulan sabit, serta memakai keris cori-cori (keris kecil). Badan si penari dihiasi ukiran atau gambar titik-titik segi lima dari bahan tepung sampai penuh.
Lagu dan instrumen yang mengiring adalah lagu Lenggo mBojo ditiup dengan suling dan diiringi gendang dan gong. Semua lagu (setiap tarian mempunyai lagu sendiri-sendiri) dimainkan dengan instrumen suling, gendang dan gong. 

Mpa'a Sampari 

Mpa 'a Sampari pada mulanya merupakan peragaan ke-tangkasan penggunaan keris di dalam berperang yang dilakukan oleh para Pendekar yang berkemampuan tinggi (kanuragan). Ragam permainannya terdiri dari Pembukaan, Kembangan, Jurus dan Penutup. Di dalam jurus yang diselang-selingi dengan kembangan inilah sebenarnya terletak inti dari Mpa'a Sampari tersebut. Para pemain yang terdiri dari dua orang pria dengan menggunakan masing-masing sebilah keris dan sehelai sapu tangan, melakonkan duel, menikam, membabat, menangkis dan mengelak dari sabetan-sabetan maut. Pada saat-saat yang demikian itu , sapu tangan si pelakon dapat juga berfungsi se-bagai penempis yang kadang-kadang melilit dan menarik senjata lawan . Di sinilah letak titik-titik bahaya dari Mpa'a Sampari dalam keutuhannya. Tetapi Mpa'a Sampari yang diperagakan sebagai tari, adegan-adegan yang berbahaya da.i;i menyeramkan itu telah ditiadakan. Peragaan sering hanya diisi dengan gerakan-gerakan tidak sampai yang menyelingi gerak kem bangan. 

Menurut catatan lama, Mpa 'a Sampari telah ada sejak zaman Pemerintahan La Mbila Tureli Nggampo Ma Kapirisolo (awal abad XV) dan pada masa itu Mpa'a Sampari disebut sebagai salah satu Mpa'a yang diatur masalah kependekarannya dengan Peraturan Kerajaan Bima. Tetapi tak ada sesuatu data yang menjelaskan siapa penciptanya.
Mpa'a Sampari diiringi dengan irama khusus dengan meng-gunakan instrumen dua buah gendang, dua atau satu buah silu dan satu buah gong. 

Sere 

Sere adalah sebuah tari perang yang pada masa lampau wajib dikuasai oleh para perwira laskar kerajaan. Tarian ini juga merupakan tarian wajib dalam peragaan upacara adat besar U'a Pua.
Dalam peragaan U'a Pua, Sere menggambarkan betapa perwira-perwira itu saling menantang di dalam berperang.
Tetapi dalam hal-hal tertentu, Sere juga dapat ditampilkan sebagai tari penghormatan dan pemyataan kesetiaan yang tinggi. Sebagai suatu jenis tari perang, tarian ini telah ada pada abad XVII. Untuk Sere, irama penggiringnya cukup diperoleh dari sebuah gendang perang (tarn bur) yang dibunyikan menurut irama khusus.
Sere termasuk jenis tari pria yang kini tengah ditangani untuk dilestarikan. Tarian Sere cukup dikenal di kalangan masyarakat di Kabupaten Bima dan Dompu. 

Kanja 

Kanja diciptakan oleh Sultan Abil Khair Sirajuddin pada sekitar tahun 1090 H atau (diperkirakan 1670 M) atas dasar inspirasi dari kejadian pertarungan antara Bumi Jara Sangga dan La Mbila Manuru Suntu. Kedua orang ini berasal dari keluarga serumpun, sama tangkasnya, namun masing-masing menunaikan tugas yang diembannya untuk mempertahankan keyakinan yang dibelanya.
Tarian Kanja dibawakan oleh dua orang pria dengan tombak dan tameng panjang dan diiringi oleh irama kanja dari instrumen pengiring yaitu dua buah gendang, dua silu , dan satu buah gong.  Tetapi di dalam upacara adat U'a Pua , Kanja hanya dibawakan oleh seorang pria dalam iringan genderang perang. Kanja yang dibawakan secara sendiri ini ragam-ragamnya lebih sederhana pula, dan oleh masyarakat disebut sebagai Kanja Rato Renda.
Kanja yang dibawakan secara sendiri ini disebut Kanja Rato Renda karena pada waktu Upacara Adat U'a Pua, Rato Renda sebagai panglima laskar kerajaan berkewajiban untuk melakukan tari Kanja di depan tangga istana yang sekaligus bertindak sebagai patokan yang dipedomani di dalam pelaksanaan urutan acara upacara adat tersebut. 

Mpa'a Buja Kadanda 
Mpa'a Buja Kadanda adalah sejenis tari perang yang dibawakan oleh dua orang penari dengan menggunakan masing-masing sebuah tameng (perisai) dan sebilah tombak yang dihias dengan bulu ekor kuda pada bagian tengahnya sehingga terlihat berjumbai bila digerak-gerakkan. Tombak yang berjumbai inilah yang disebut Buja Kadanda, yang menjadi nama tarian tersebut.

Sebagai suatu tarian perang, gerakan-gerakan tarian ini dapat dibagi dalam empat bagian yaitu gerakan-gerakan pem-bukaan, gerakan kembangan, gerakan serang-menyerang, dan gerak penutup.
Mpa 'a Buja Kadanda merupakan permainan rakyat sudah sangat tua di daerah Bima. Menurut catatan lama, Mpa'a Buja Kadanda telah ada sejak abad XIV, bahkan pada saat itu Mpa'a Kadanda telah diatur dengan peraturan kerajaan untuk tertib permainan dan kependekarannya. Mpa'a Buja Kadanda pun sejak masa lampau merupakan salah satu permainan rakyat khas Bima yang bersifat rangkap antara jenis tarian rakyat dan seni bela diri. Yang ditampilkan saat kini dibatasi dalam beberapa geraknya, sehingga sifat tarinya yang ditonjolkan sampai sekarang tarian ini masih din1ainkan di daerah pedalaman kabupaten Bima. 

Mpa 'a Soka 
Adalah semacam tari pengawal di depan barisa11 yang sedang berjalan . ditarikan oleh beberapa orang prajurit pengawal dengan berpakaian khusus bentuk topinya. Alat musiknya adalah tambur. 

Mpa'a Manca 
Adalah semacam permainan silat dengan irama mu sik tradisional gendang. gong dan seruling yang dimainkan oleh dua orang pria dengan memakai alat pentung dan sapu tangan dan berpakaian tradisional.
Tarian ini masih hidup di kampung-kampung sampai sekarang dan juga suda.li mengalami perkembangan, pengolahan dan bahan baru dalam rangka pengembangan dan pelestarian budaya di daerah . 

Mpa'a Sila 
Adalah permainan silat atau bela diri antara dua orang pria bersenjatakan pedang dengan instrumen sama dengan Mpa·a Manca. Berpakaian setengah tradisional. 

Mpa'a Kantao 
Adalah permainan silat pula tanpa senjata: instrumennya lebih utama gendang dengan irama cepat, pakaian hitam (baju dan celana panjang) dengan ikat kepala merah. Mpa 'a Kan tao termasuk tarian rakyat. 

Mpa'a Parise 
Adalah pemainan ketangkasan dengan perisai dan karaci (cambuk ) karena itu juga disebut Mpa·a Karaci .  

Mpa'a Weha Ani 
Adalah tarian atau pemrninan yang menggambarkan cara-cara orang mengambil madu lebah di pohon besar di dalarn hutan. tarian ini muncul karena daerah Bima dikenal dengan. 

Hadrah 
Adalah tarian dengan zikir dan salarn kepada Nabi Muhammad saw . diiringi pukulan rebana irama khusus Bima. Hadrah ini tirnbul sebagai pengaruh agama Islam dan dimainkan pada waktu upacara perkawinan. 

Nu'a 
Permainan rakyat yang sangat tua. Alatnya adalah batu yang diketok menurut irama nyanyian dari sekelompok wanita atau pria yang duduk dalam lingkaran . Setiap selesai satu bait syair, batu tersebut berpindah ke tangan temannya di sebelah kanan sehingga melingkar terus. 

Kareku Kandei 
Adalah permainan membunyikan lesung menumbuk padi oleh gadis-gadis beramai-ramai menurut irama dengan alu masing-masing. Hal ini dilakukan apabila ada acara berkumpul atau pada waktu terang bulan purnarna.
Khususnya dari daerah pegunungan Kecamatan Donggo ada permainan yang sewaktu-waktu juga dipertunjukkan di istana apabila ada acara . yakni Mpisi Donggo yang dilakukan dengan nyanyian para wanita dan bertandak oleh para pria. 

Kesenian Rawa mBojo 
Adalah seni suara nyanyian lagu dan syair Bima, dinyanyi-kan oleh seorang wanita dengan iringan gesekan biola (viol) oleh seorang pria. Biolanya tidak dipegang sebagaimana biasa orang memegang biola. Akan tetapi disandarkan pada dadanya sehingga si penggesek biasa bernyanyi bersahutan dengan pasangannya.


Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar