USM7uKzrSsmCaVoTHNCgNHTLw5k8mZOpxmzx7nna
Bookmark

Siapakah ABDULLAH DALAM PERANG DI BATAVIA TAHUN 1800


 TINDAKAN BERANI KOMANDAN PASUKAN SUMBAWA BERNAMA ABDULLAH DALAM PERANG DI BATAVIA TAHUN 1800

(Sumber: BIJDRAGEN TOT DE TAAL LAND EN VOLKENKUNDE VAN NEDERLANDSCH INDIË. Oleh: MARTINUS NIJHOFF. Terbitan 1879, Denhag, Halaman mulai 337)

Ketika Inggris mengepung Kota Batavia pada tahun 1800, setelah sebelumnya mereka telah menguasai pulau-pulau di lepas pantai Batavia. Kami tidak bisa lagi melakukan perlawanan karena mereka telah menguasai kota. Namun, untuk sedikit memberikan perlawanan di luar, kami mencoba untuk mengganggu kapal-kapal mereka dengan menggunakan penduduk pribumi sebagai sukarelawan. Dari pusat pemerintahan Kerajaan di Belanda kemudian mengeluarkan perintah untuk membakar kapal-kapal Inggris, namun rencana itu dianggap mustahil. Sehingga Kerajaan menjanjikan hadiah 50.000 Rijksdaalders untuk setiap kapal musuh yang bisa dibakar dan 2.000 Rijksdaalders untuk setiap perahu. Kerajaan pun akan memberikan bantuan bagi mereka yang akan melakukan rencana itu. 

Melanjutkan perintah tersebut, Pemerintah Hindia Belanda segera menyampaikan kepada Engelhardt untuk melaksanakan misi pembakaran sebuah kapal dan pengambilalihan Pulau Kuiper (Cipir di Kepulauan Seribu, Pen), dll. Untuk misi tersebut, Dewan Hindia menetapkan imbalan bagi Engelhardt sebesar 10.000 Rijksdaalders untuk setiap kapal yang bisa dibakar dan juga 10.000 Rijksdaalders dalam bentuk tunai untuk tiap pulau yang berhasil direbut, dengan misi utama perebutan pulau Onrust dan Pulau Kuiper (kepulauan Seribu, Pen). Namun misi tersebut gagal menghadapi tangguhnya pasukan Inggris.

Dalam situasi sulit itulah muncul komandan pasukan Sumbawa yang atas keberaniannya kemudian mendapatkan penghargaan dan apresiasi yang sangat tinggi. Gubernur Jenderal dan Dewan Hindia mengabarkan peristiwa tersebut dalam surat yang dikirimkan ke seluruh Gubernur, Resident, Asisten Residen, Controlur hingga Wedana dan Demang di seluruh penjuru Hindia Belanda melalui surat tertanggal 30 Desember 1800, surat terebut berbunyi: 

"Panglima Sumbawa, seorang pribumi bernama Abdullah, yang dalam banyak pertempuran selama pengepungan Kota Batavia telah melakukan tindakan yang sangat berani terhadap musuh. Salah satunya ia telah berhasil membebaskan tawanan dari pulau Purmerend (Kini pulau Biadari di pulau seribu, Pen) pada malam hari antara tanggal 26 dan 27 September. Dia berhasil membebaskan sejumlah 59 orang tawanan yang merupakan penduduk asli dari pulau tersebut. Jumlah itu akan jauh lebih besar jika para tahanan di sana tidak takut dengan ancaman yang dilakukan oleh Inggris, bahwa mereka akan membunuh siapa saja berani mencoba melarikan diri. 

Untuk itu kami, menganggap penting untuk memberikan penghargaan yang tinggi atas keberanian dan strategi yang matang dan penuh pertimbangan dari Komandan Sumbawa dengan cara yang tidak hanya akan semakin mendorong semangatnya, tetapi juga agar menjadi inspirasi bagi orang lain agar dapat dijadikan sebagai contoh yang baik. Maka Gubernur Jenderal, di hadapan para perwira staf, menyampaikan penghormatan yang khusus atas tindakannya yang berani. Dan sebagai tanda kebanggaan kami, kami menganugerahinya sebuah pedang bergagang emas dan sebuah selempang dengan medali emas, yang di dalamnya terukir ucapan terima kasih kami kepadanya atas ketangguhan dan keberaniannya. Dan pada saat yang sama kami memberikan 500 Dolar Sepanyol dalam bentuk tunai agar bisa dibagikan kepada para anak buahnya selama melakukan pertempuran.”

Sebulan kemudian dia bertahan di Pakkisa dekat Maronde (Tanjung Pakis dekat Marunda di Tanjung Priok hari ini, Pen). Dia kemudian diperintahkan untuk menjaga diri dengan sebaik-baiknya, dan jika tidak lagi bisa bertahan maka diperbolehkan untuk mundur tetapi sebelumnya harus membakar gudang-gudang beras. 

Pada tanggal 20 Oktober ia kembali bentrok dengan pasukan Inggris dan orang-orang Maronde sendiri. Setelah berbagai pertempuran ia akhirnya harus mengalah dengan meninggalkan tempat itu setelah sebelumnya ia sukses melaksanakan perintah dengan membakar gudang-gudang beras, menenggelamkan banyak kapal Inggris dan kemudian mundur ke Tanjongpoera (Karawang) dengan tertib.

(Catatan: Hindia Belanda akhirnya harus bertekuk lutut di bawah Inggris dan menjadi Koloni Inggris selama tahun 1811-1816)

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar