USM7uKzrSsmCaVoTHNCgNHTLw5k8mZOpxmzx7nna
Bookmark

TRANSLITERASI NASKAH

 


TRANSLITERASI NASKAH

1.2 : hal.  11

1.  Hijrat  an-Na bi  saw . seribu dua ratus sepuluh sembilan e nam tahun-tahun Zei , tahun-tahun Alif, pada delapan hari bulan  Safar,  hari  Jumat  waktu  Asar,  tatkala itulah  Yang Dipertuan  kita  Sri  Sul tan  Abdul  Hamid  menggelarkan Paduka  Raja  Tureli  Donggo  berismu Abdul  Nabi  menjadi Raja  Bicara .  Maka adapun perkakas dan perhiasann ya Raja Bi cara  tatkala  diterima  itu,  pertama-tama  Jembing be[r]cabang empat b erpondok perak , dan tombak panjang be rpondok  perak  e nam ,  dan  lembing  be [r] cabang  ber- pondok  tembaga  kuning  e mpat,  dan  tombak  berpondok emas satu , dan seluku satu,  dan  baju besi dua. dan ka pa k dua , dan keris panjang  dua, pay ung satu, pabule kang satu, dan  senapang  Kompeni  enam  belas,  dan  terkeluk  empat batang, dan pamoras sepasang, bendera satu ,  tambur satu. Demikianlah adanya. /

5.  Kemudian daripada s udah digelarkan Raja Bicara , maka sampailah  (kepada  hari)  kepada  hari  Isnin, waktu Zuh ur, sebelas hari bulan Safar, ketika itulah Bumi Luma Bolo dan Jenaluma  mBojo  dan  Jenamone  Nae  dan  Bata  ngGampo dan  segala  Nentiluma  membawa  segala  tonda jeneli  dan segala  gelarang  dengan  adatnya.  Maka  sampailah  kepada  balai  pengadapan,  lalu  duduk  semuanya.  Maka  segala gelarang  tua mempersembahkan adatnya kepada Tuan kita Raja Bicara, yaitu kupang tiga belas real dan kain tiga belas helai.  Syahdan  maka  menyembah  Gelarang  Rasanae serta mengatakan kata adatnya, maka  Gelarang Sape kemudian, maka Gelarang Bolo kem udian .

.Maka  Tuan  Kita  bertitah  kepada  Bumi  Luma  Bolo menyuruh  menjawab  perkataan  segala  gelarang  itu.  Maka dijawab  oleh  Bumi  Luma  kepada  satu-satu  Raja  Bicara perkataan  gelarang  yang  tiga  pangkat  itu.  Setelah  sudah menjawab  perkataan gelarang yang  tiga  pangkat itu , maka Tuan Kita menugerahi kepada segala tonda jeneli dan segala gelarang,  yaitu  kasa  sehelai  baju  kepada  seorang-seorang. Adapun jumlahnya enam puluh tiga  helai.

10.  Kemudian  maka  sendiri I Tuan  Kita  bertitah  kepada segala  gelarang,  "Bahwa  kupohonkan  kepada  Allah  dan rasul-Nya ,  jangan  sekali-sekali  bersalahan  perkataan  dan perbuatanmu  yang  sebagaimana  yang  telah  sudah  kamu keluarkan  itu kepada  adat  Tanah  Bima  dan  Tuan Kita".

Maka  jika  ada  sesuatu  titah  dan  perintah adat Tanah Bima  yang  sehari itu sehari sungguh , dan yang sebulan itu sebulan sungguh adanya. Tamat alkalam bi i-akhirul selam.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu seratus enam  puluh empat, tahun-tahun  Dzulakhir,  kepada  hari  Isnin,  sehari  bulan Zulnijah ,  tatkala itulah  Rato  Tueli  Sekuru ismuhu  Hidir memperanakkan seorang hamba Allah di  Tanah Mengkasar, yang  laki-laki  ismuhu  Abdul  Nabi  yang  telah  digelarkan Wazir al-Muadzam Bima serta memegang Tureli Donggo dan kadi adanya. Tamat wa katibuhu juru tulis Muhsin .

Hijrat an-Nabi saw . seribu dua ratus sebelas tahun-tahun Alif,  pada  sehari  bulan  Zulhijah,  pada  malam  Ahad, jam pukul  11,  tatkala  itulah  Raja  Paduka  Sumbawa  ismuhu Datuk Segiri  I Dlili  yang Dipertuan Kita Sri  Sultan Bima

15. ismuhu  Abdul  Hamid  akan  memperanakkan seorang laki- laki hamba Allah dinamai Ismail adanya.

5

Hijrat an-Nabi  saw.  seribu dua ratus enam tahun-tahun Ba, pada malam Selasa, jam pukul dua belas, pada lima belas hari bulan Jumadilakhir , tatkala itulah lomok Yang Diper-tuan Kita Sri  Sultan Abdul Hamid dinamai Tipah memper- anakkan  seorang  perempuan  hamba  Allah  dinamai  Bale Walatola , lebih umumya adanya. Tamat.

Hijrat an-Nabi  saw.  seribu dua ratus enam tahun-tahun Zei , pada empat hari bulan Dzulhijah, malam Selasa waktu Isa.  tatkala  itulah  dinugerahkan  Allah  Taala,  Saidah  istri Tuan  Kita Wazir  al-Muadzam  Abdul  Nabi beranak seorang laki-laki  dinamai Jampadang dan  nama dirinya Ismail ada- ny a .

20.  Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu dua ratus lima tahun-tahun Dzulawal , pada hari Isnin , delapan hari bulan Rajab , waktu Zuhur, dewasa itulah istri Tuan Kita Wazir al-Muadam Bima ismuhu  Abdul  Nabi  memperanakkan  seorang  perempuan dinamai Salima adanya. Tamat.

Hijrat an-Nabi  saw.  seribu dua ratus tujuh belas tahun- tahun  Wau,  pada  sebelas  hari  bulan  Syawal,  pada  hari Jumat  wak tu  Duha,  tatkal a  itulah  istri  Tua  Kita  Qazir al- Muadzam bernama Jiba beranak seorang laki-laki dinamai Abdullah adanya. Tamat.

Hijrat  an-Nabi  saw .  seribu  dua  ratus  sembilan  belas tahun -tahun  AliL  pada sembilan belas hari bulan Syakban ,

25. malam  Juma t  waktu isya  tatkala itulah istri Tuan /  Kita Wazir  al- wadzam  bernama  Jiba beranak seorang laki-laki dinamai Jafar adanya . Tamat.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  dua  puluh  satu tahun-tahun  Jim ,  pada  dua  likur hari  bulan Jumadilawal, hari Jumat  jan1  pukul  11 ,  tatkala itulah istri Tuan Kita Wazir  al-Muadzam  bernama  Habiba  beranak  seorang laki- laki bernama Abdul  Karim adanya . Tamat.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  dua puluh lima, tahun-tahun  Wau,   pada  enam  hari  bulan  Muharam,  hari Sabtu   waktu  Asar,  tatkala itulah istri  Tua Kita Wazir al-Muadzam ismuhu Abdul Nabi bernama Jiba beranak seorang laki-laki dinamai Abdurrahman  adanya.

30.  Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  delapan,  tahun- tahun Ba,  pada hari Ahad, delapan belas hari bulan Rajab, waktu Duha, tatkala itulah istri Tua Kita Wazir al-Muadzam Abdul  Nabi  bernama  Sarida  beranak  seorang  laki-laki dinamai Sulaiman adanya.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu dua ratus dua puluh  tahun Ha,  pada  delapan likur hari bulan  Ramadan, hari Khamis waktu  Duha,  ketika  itulah  istri  Bumi  Jara  Bolo  Daeng Malewang Latei yang bernama Daeng Mone beranak seorang perempuan hamba Allah dinamai Jamila adanya.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  dua  puluh  dua tahun-tahun  Zei,  pada  dua  belas  hari  bulan  Jumadilahir, malam  Ahad  jam  pukul  empat,  ketika  itulah  Bumi  Jara

35. BoL<;i,  istrinya  bernama  Daerang  Mone  memperanakkan  / seorang  perempuan  hamba  Allah  dinamai  Zaniba adanya. Tamat. //

1.2 :    Halaman. 103 dan sebagian dari Halaman. 104

1.  Daripada  sebab  ia  tiada  mau  mengangkat  pekerjaan Tanah  Bima,  maka  adalah  Paduka  Tuan  Kita  Wazir  al-Muadzam dikeluarkan kepada Kompeni, lalu dipukul denda delapan puluh real kepada l.y .n.y. itu karena pekerjaan itu telah dilarangi  oleh adat Tanah Bima karena jangan nama orang Bima, meskipun orang Melayu Bugis sekalian dilarang oleh  Tanah  Bima  membawa  perkara  kepada  Kompeni. Syahdan  pun  maka  barang siapa kemudian harinya orang Bima  membawa  perkara  itu  perkataan  kepada  kompeni, dihukum  oleh  istiadat  Tanah  Bima  dengan  hukum yang lebih  daripada  hukum  yang  ada  istiadat  dalam  bab  ini adanya.

Hijrat an-Nabi saw.  seribu  dua ratus enam puluh sem- bilan tahun-tahun Jim, pada malam Jumat, tiga hari bulan Rabiulakhir, tatkala m.r.w. kita sebab hendak mengerjakan

5.  menyunat / Paduka anakanda Tuan Kita Wazir al-Muadzam Bima  ismuhu  Muhammad  Yakkub  bin  Abdul Nabi,  yaitu atas  perintah Paduka Tuan Kita  Sri  Sultan Ismail Muham- mad  Syah  Dzilullah  fi'l  Alam  yang telah i'tifak  bersetuan mufakatnya  dengan  sendiri,  Paduka  Tuan  Kita  Wazir  al- Muadzam  mengerjakan  di  dalam  istananya sendiri. Paduka Yang  Dipertuan  kita  Sri  Sultan nyunat Paduka anakanda Tuan  Kita  Wazir  al-Muadzam  Sikawuk  yang  bernama Bangkalan.

Maka  yang pergi  mengantar dan membuang berakit itu pertama  Bumi  Saminat  bemama  La  Ha  dan  Bumi  Sarin- tonggu  bemama  Yusuf  dan  Anangguru  Parise  mBojo Muhammad  Saleh  memakai  sigar  dan  gadu  putih,  serta dengan  bininya  memakai  weri  kuning  karena  dia  itulah emak-bapak  yang  menyusu  Si  Kau  dan  Anangguru Parise Bolo  bernama  Usman  dan  segala  orang Pabase,  karena dia itulah  memerintah  segala  perahu  kenaikan,  segala  orang yang pergi itu yang bersediakan.

Setelah  sianglah  hari  Jumat  berhadirlah  sekalian  pe- kakas-pekakas  itu  di  luar  subah  akan  berjalan  menuju Sungai  Romo ,  dihormat  pasang  meriam  tiga  kali  sembilan  berbunyi /pemuras  sepanjang  jalan dan menyanyi

10. royo perempuan yang berjabatan  dengan  diiringi  gen dang , gong ,  serunai ,  dan  tambur,  didahului oleh  cungkur orang Manggarai.  Setelah  sampai  di  Sungai  Romo, lantas masuk dalam perahu semuanya.  Orang pergi  itu dihormat pasang lela  sekali .  Setelah  itu  pulang  sampai  di  labuan  Tantang Sungai,  lalu  berdayung  menuju  tanjung  pantai.  Setelah sampai  di  situ  bemama  Toro  Bajanggiri  dibuanglah  rakit itu, dihormat pasang lela sekali . Setelah itu, pulang sampai di  labuan  Tantang  Sungai  Romo,  dihorrnat  pasang  lagi lela  sekali.  Orang  naik  sekalian  kembali  sampai  di  alun- alun  subah,  dihormat  pasang  meriam  tiga  kali  adanya.

Syahdan  maka  waktu  sore-sore  hari  Jumat  itu  mem- bawa masuk gendang bolo di  dalam istana, yaitu di berogah yang disediakan  memang tempatnya akan dipukulkan dan menyanyi  dengan  bersama-sama  masuk  dengan  Kalero Sumi  dan  Kalero  Wera  adanya.  Kemudian  daripada  itu, bersenang sehari pada hari Sabtu.

15. Setelah  malam  Ahad,  lima  hari  bulan dimulai berinai dengan  mengambil tempat nasi  dan juadah akan bermain-main  pada I malam itu, berkumpul masuk di dalam istana semuanya  rato-rato  laki-laki  dan  perempuan.  Demikian lagi  orang  k epada  tangan  Bumi  Cenggu,  menari  laki-laki perempuan  dan  menyambut  siri  puan  kepada  kampung se ndiri  Paduka Tuan  Kita  Raja  Bicara kepada rumah tempat dibuat siri puan itu oleh imam Melayu bemama Thayeb dengan segala anak buahnya satu-satu.

Sampai  waktu  Asar ,  berhadirlah  pekakas  penyambut siri  puan.  Pertama .  sepasang  pebulai  dililit  dengan  cindai tempat  menarih  siri  puan  dan  dua orang anangguru  tatarapan g  memakai  sahlat  merah  didahului  subah  nae  dan ge ndang ,  gong ,  se run ai.  dan  tambur .  serta  diiringi  oleh segala  orang menari laki-Jaki  sampai di  alun-alun siri puan Jiho rmat  p asang  meriam  tiga  kali .  Demikianlah  pekerja- an  me ny ambut  siri  puan  di  dalam  kedua  kalinya.  lalu mem b aw a n aik siri itu di atas istana tempat berinai .

Setelah  sa mpai  malam  hari ,  jam  pukul  delap ::m .  ber- ku rn pul  mas uk  di  d alam  istana  segala  rato-rato  laki-laki pere rn puan ,  serta  din a ikkanl ah  Si  Kau  di  at as  tilam  ke- lamb u  ba ntal  denga n  memakai  we ri  nas ik  /  hij a u. bertepi-

20 . kan  ernas  be rsigar  me rah ,  ran ta i emas  berkeris tatarapang. Demikian  Jagi  La  Ndai  anak Bumi Sari  Sape , dan si  Karim an ak  Ruma  Pota,  dinaikkan  d i atas  tilam  kelambu  bantal ka re na keduanya disunat pulah.

Setelah  hadirl ah ~e kalian   pekakas-pekakas  terpasang. ma suk  kh at ib  keempat  di  tengah  kedudukan ,  berzikir, dibaca  selaw at  dahulu.  meletakkan  inai,  maka  dipasang meriam  tujuh  kali.  Demikian  lagi  ha bis  ber[m] ain,  dipa- sang meriam tujuh kali.

Setelah  itu,  diangkat  nasi  persantapan  masing-masing kepada  hidangannya.  Setelah  habis  santap,  berdiri  orang

9

menari,  lak.i-laki  berganti  perempuan  sehingga  memakai kain sutera Jawa. Maka  segala  rato-rato sehingga memakai weri  dan  songkok Jawa dan  pada tiga  kalinya mengambil siri,  puan-puan  bersiri  berhadapan  anangguru  tatarapang memakai sahlat merah di  dalam istana berdiri berhadapan , dan  berjongkok  berhadapan  orang  Ma[ng] garai,  sampai Tuan  Fetor dengan  anak bininya datang melihat diri  lari- lari  ramai-ramaian,  kehabisan  siri  puan  karena  sekalian permainan  dipermainkan  sampai  anak-anak I Melayu  ber-

25. main mencak.

Setelah  habis  berinai  tiga  hari, maka bersenang pulak pada hari  Selasa itu akan  berhenti. Maka pada hari Arbaa , delapan  hari  bulan  dijadikan  menyunat  Si  Kau  dan  La Ndai  dan  La  Karim.  Maka  dititahkan Bumi Cindai  meng- gosok  giginya  Si  Kau  dan  titahkan  Bumi  Ndede  Emas menggosok  giginya  La  Ndai  dan  La  Karim,  dan  pukul gendang  dudu  bakar .  Maka  dihormat  pasang  meriam  di luar subah tujuh kali.

Setelah  sudah  pekerjaan  menggosok  giginya,  maka dititahkan  Anangguru  Parise  mBojo  bernama  Muhammad Saleh menyunat Si  Kau dan dititahkan khatib tua Jamalud- din  menyunat La Ndai, dititahkan khatib Hasan menyunat La  Karim , serta Paduka Tuan Kita  Sri  Sultan pun ke  luar akan  menunggu  dan  memerintahkan  pekerjaan  menyunat itu , serta dihorma t pasang meriam tujuh kali.

Setelah  habis  pekerj aan  menyunat ,  masing-m as ing duduk  kepada  tempat  kedudukannya  dan  berkata  gela- rang  ketiga  mengatakan  tanda  kehibaan  kepada  Paduka Tuan  Kita  Yang  Dipertuan.  I  Setelah  habis  perkataan

30 . gelarang  ketiga,  memulai  kiwuri  segala  gelarang  diikuti oleh  segala  rato-rato dan guru-guru,  bumi-bumi, dan jena- jena. Dan  segala orang menari  dan  segala  Nenti mone dan dambe  mone.  Demikian  lagi  rato-rato  perempuan  masuk berkiwuri,  menyembah kepada Paduka Tuan  Kita permai- suri.

10

Dan  tersebut pakaian  Si  Kau tatkala itu memakai weri nae,  dan  pakaian  Paduka  Tuan  Kita  Sri  Sultan  sehingga memakai  weri  dan  songkok  Jawa,  dan  segala  rato-rato , jeneli ,  tureli ,  Bumi  Nae  memakai  weri  dan  kebabulikah, dan  segala  Bumi  Nggeko  memakai keroro satang: Setelah habis  kewuri ,  maka  turun segala  rato-rato akan  bercakap- cakap  lama  mendahului  bercakap  Bumi  Luma  Rasanae, baharu  diikuti  oleh  segala  rato-rato  dan  guru  dan  segala pahlawan dan bumi-bumi dan majena-maj~na.

Setelah  habis  bercakap ,  masing-masing  naik  duduk kepada  tempat  kedudukannya dan  angkat orang nasi  per- santapan  masing-masing  kepada  hidangannya.  Setelah

35. habis  santap  nasi ,  diangkat  I lagi  air  panas  dan  juadah, maka  tiada  sempat  perbaikan  permainan  sebab  Paduka panas dan demam .

Kemudian  daripada  itu,  tiga  hari  lagi  beramai-ramai- an  lagi,  mengambil  tempat nasi  dan juadah. Akan  tetapi, sore-sore  waktu  Asar  masuk  berkumpul  segala  orang- orang  menari,  laki-laki  bermain  kanjar,  pada  malamnya menari perempuan . Setelah sampai  tiga  hari  bermain-main yang kemudian , maka pada hari Sabtu sembilan hari bulan ditumpahkan  air  mandinya  yang  dirukap  pada  malam dengan  gendang,  gong,  serunai ,  akan  dimandikan  pada siang harinya adanya.

Peringatan  segala  dari  mengadakan  pada  satu-satu dari seekor kerbau, sepikul  beras, uang lima real; titahkan membuat juadah pada segala  rato-rato dan  titahkan  Bumi Sumbanta dan  Bumi  Nana akan menunggu bermasak nasi , ikan,  gulai,  bersama-sama  dengan  keturuff dengan  Bumi

HALAMAN. 104

1.       Rancawunya  dan dititahkan Bumi Cenggu dan Bumi Sarin- tonggu  11  kepada  tempat  juadah  bersama-sama  dengan Anangguru peranakan dan juru tulis  Bumi  Ra  Ncawu  tiga orang adanya . Syahdan pun maka dititahkan Bumi Langgar Nisa  bemama  Stambila  menggosok  gigi  Si  Kau,  perempu- an adanya .

Syahdan maka pada hari Selasa, empat belas hari  bulan Rabiulakhir,  yang  tersebut  dahulu itu kemudian  daripada ditumpahkan air mandi Si  Kau laki-laki, cljmulai lagi  pulah berinai  Si  Kau  perempuan  bernama  Lala  Ran ti  dengan menyambut pulah siri puan kepada kampung sendiri Padu- ka Tuan Kita Raja Bicara kepada tangan Bumi Cenggu  ber- nama  Abdullah.  Maka  dihadirkanlah sepasang pabule yang dililit  dengan  cindai yang  di  atas satu-satu pebule seorang atau  rato  menari ~aki-laki  memangku  siri  puan  yang me- makai cara bermain tatulang jua.  Setelah  sampai   di  kampung,  R.aja   Bicara  menerima  siri

5.   puan  berjalan  kembali  I  pulang,  masuk  dalam  is tan a.  di-dahului  oleh  baris subah nae  dan subah Jara Ngoco kedua dan  cungkuh  orang  Manggarai  dan  [di] iringi  dengan  gen- dang, gong, serunai, dan tambur. Yang mengapit kiri kanan pabule  itu  Anangguru  peranakan  Melayu  dengan  segala anak  buahnya ,  yang  di  belakangnya  lagi  imam  Melayu dengan  segala  anak  buahnya.  Dan  segala  orang  menari , laki-laki  dan  Kalero  Sumi  Kalero  Wera  sampai  masuk  di dalam is tan a siri puan.  

Maka  berdiri  berhadapan  anangguru  tatarapang  me- makai  selat  merah  dan  bercungku  berperisai  berhadapan orang  Manggarai.  Maka  siri  puan dinaikkan  di  atas istana kepada  tempat  ber[h] iasan .  Maka  berkumpullah  masuk di  dalam  istana  segala  rato-rato  laki-laki  dan  perempuan dan  segala  guru akan  menanti hadir dan  waktu akan  ber- inai.

Setelah sampai jam pukul sepuluh malam, telah hadirlah semuanya  pekakas  teratur atau dian-dian  terpasang.  Maka (di) Si  Kau  pun  [di] naikkan  di  atas tilam kelambu bantal dengan memakai sangi hijau , bertopi akan emas, bersanggul s.t.y.ng.  emas ,  bercincin  intan ,  dan  bergebar  panjang . Setelah selesailah naik di  atas tilam, maka masuklah khatib  keempat  akan  /  berzikir,  dibaca  selawat dahulu ,  meletak- kan  inai.  Maka  dipasang  meriam  di  luar subah  tujuh  kali dimain  lagi,  melucutkan  inai ,  dipasang  meriam  tujuh  Setelah  habis  pekerjaan  berinai,  maka  diangkat orang nasi  persantapan  masing-masing  kepada hidangan-hindang- annya.  Setelah  sudah  santap,  maka  berdiri  talulang  laki- laki  berganti-ganti  talulang  perempuan  yang  sehingga memakai kain  curah Jawa.  Maka  segala rato-rato memakai songko dan weri adanya. Kemudian Si  Kau sudah memakai sangi  hijau,  berpindah  memakai  sangi  merah,  kemudian berpindah  memak.ai  sangi  bako.  Demikianlah  pekerjaan di  dalam  tiga hari berinai adanya. Kemudian maka berhen- ti dan bersenang sehari  pada hari Jumat.

Maka  pada hari Sabtulah delapan  belas hari bulan akan dijadikan  menggosok  gigi  dengan  memakai  weri  nae  ber- sanggul  pelalak,  berpintu  busur.  Maka  Si  Kau  rato-rato memakai  pesangingnya  dan  segala  Bumi  ngGeko memakai keroro seting. Maka dititahkan Bumi Tonggo Risa bernama Setambil  menggosok  gigi  Si  Kau  adanya.  Jam pukul  tiga waktu  Asar  berkumpul  masuk  di  dalam  istana,  rato-rato

15. laki-laki  dan  perempuan  /  dan  segala  guru-guru akan  rr·e- nanti  hadir  dan  ke  luar  Paduka  Tuan  Kita,  Permaisuri, dengan  Lala  Rante, diiringi oleh segala rato-rato perempuan

dan  dayang-dayang.  Maka  setelah  habis  teraturan  semua- nya pekakas dan dayang-dayang terpegang, maka dinaikkan Si  Kau  di  atas tilam kelambu bantal akan digosokkan gigi- nya  oleh  Bumi  Tonggo  Risa.  Maka  dibacakanlah selawat, dan dipasang meriam tujuh kali, dan dipukul gendang dudu baku; dan  kemudian daripada menggosok giginya dipasang lagi meriam tujuh kali adanya.

Setelah  habis  pekerjaan giginya,  maka diangkat orang- lah  nasi  persantapan  masing-masing  kepada  hidangannya. Setelah  sudah  santap,  maka  berdiri  menari  laki-laki  ber- ganti-ganti ·dengan menari perempuan. Setelah habis menari, waktu siang hari diangkat lagi air panas dan juadah adanya.

Setelah itu, di  dalam tiga hari lagi  kemudian daripada hari  menggosok  gigi,  tiada  kurang  rato-rato  dan  orang menari  akan  bermain-main.  Waktu  Asar  berrnain  kanjar

20. yang laki-laki,  I nanti  malam  berrnain  talulang, 

 

   

berganti -ganti  dengan  talulang  perempuan, yaitu akan menantikan waktu  ditumpahkan  air mandi yang dirukuk dengan gen- d ang,  gong, serunai akan di mandikan pada siang hari

(1.47, hlm. 1)

1.  Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  sepuluh  tujuh tahun-tahun Wau,  pada hari Jumat, pada empat belas hari bulan Rabiulakhir, tatkala itulah Duli yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid ibn as-Sultan Abdul Kadim duduk berhimpun  berkumpul  dengan  sekalian  menteri-menteri Bima, sebab merapati daripada hal buang sae amakau yang bergelar  Jena  Mateke  ismuhu  Ismail  ibn  as-Sultan  Abdul Hamid yang .. .

5.  (?)/  ... (?) serta dengan Bumi  Sanciwe sekalian dan  Dambe  Mone,  serta  ramai-ramai  diangkat dengan ku ... (?) dengan alat senjata serta rakit ... (?)Bolo Lemajang Tureli Donggo ganti bicara yang memerintahkan pu ... (?) dan  memesan  nasi  disuruh  bantu.  Keesokan  hari  Sabtu, akit lalu ... (?) hal  membuang sae  itu. Setelah sudah di- buang ,  lalu  kembali  mendapat  bantu  serta  lalu  keluar, makan ramai-ramai dalam suatu bonto itu dengan membaca doa selamat.  Setelah sudah makan, lalu ia  pulang kembali dengan  beberapa-beberapa  banyak  perahu  bercampur dengan  perahu orang Sangia  yang mengiringkan  adanya.  /

I 0. Hijrat an-Nabi  saw . seribu dua ratus sepuluh tujuh  tahun- tahun  Wau,  pada  malam  Jumat,  enam  Jikur  hari  bulan Jumadilakhir,  dewasa  itulah Paduka Tuan Kita Sri  Sultan Abdul Hamid ibn Sultan Abdul Kadim memberi tahu turun di  balai  istana sendiri dengan sekalian wasir al-menterinya dengan  segala  orang  besar-besar  yang  duduk  berkumpul, sebab  menghendaki  memulai  berjaga-jaga  daripada  akan mengerjakan memerintah paduka nenenda ismuhu Setawang ibnu  adinda  Raja  Muda  Jeneli  Sape  Awu  yang berulang- ulang  tiga  hari tiga malam berpancar. / Maka di dalam tiga

15  hari   tiga  malam  itu  terlalu  ramai  dengan  segala  bunyi- bunyian , gendang,  gong,  serunai,  serta memasang meriam

 


terlal u  ramai  alang  kepalang.  Setelah  tiga  hari, pada hari Ahad  delapan  likur hari  bulan  Jumadilakhir, lalu disunat anakanda-anakanda  Setawang,  serta  khatib  tua  Muhi membaca  selawatlah,  serta  disunatlah  oleh  Arna  Muji, serta memukul gendang , gong, dan serunai, serta memasang meriam,  serta  orang  bermain  kanjar dan  setelah  bangun, dikatakan lagi permainan adanya.

Syahdan setelah genaplah tiga hari sudah disunat, maka lalu dibuangkan air mandinya serta ramai.ramau jua seperti permulaan.  Bahwa inilah peringatan kerbau dan beras per- makanan  daripada  pekerjaan  itu.  Pertama-tama,  kepada Tureli  Donggo kerbau seekor, beras sepuluh gantang dan /

20. kepada Raja Bicara  1 ekor kerbau, beras 5 gantang; kepada Tureli  Bolo  1  kerbau,  beras  5  gantang;  kepada  kadi  1 kerbau,  beras  15  gantang;  kepada  Bumi  Luma  Bolo  1 kerbau,  beras  15  gantang; kepada Daeng Sangi  1 kerbau, beras  15  gantang; kepada Bumi  Jara Gampo satu kerbau, beras  15  gantang; kepada  Jena  Sumi  1  kerbau, beras  15 gantang; kepada metandu perahu La  Musu  1 kerbau, beras 15  gantang dan kepada Daeng Ketawang sendiri 2 kerbau, beras  15  gantang  dan  juadah dua puluh tempat. Adapun

.  .  .  (?) sekalian  rato-rato  pertama-tama  Tureli Woha  15 tempat,  Tureli  Beli  11  tempat, Tureli  Sekuru  12  tempat, Tureli  Perado  dua  belas  tempat,  Jeneli  Woha  8  tempat, jeneli  Monta  IO  tempat, Bumi  Luma  Rasanae  12  tempat, Bumi Luma Bolo 12  tempat, Bumi ngGampo tujuh tempat,

25. Bumi Wawo  Rada 4 tempat, Bumi Renda / 6 tempat, Jena Jara Mbojo  7 tempat, Bumi Jara Bolo tujuh tempat, imam kadi  14  tempat;  pada  Jena  Luma  Bojo  kerbau 6  ekor, Jena Mone kerbau 6 ekor, Jena Luma Bolo kerbau 2 ekor, bata dadi kerbau 2 ekor, dan sekalian orang yang tiga dari nenek sebelas ekor adanya. //

1.47, HALAMAN . 2

1.       Hidayat an-Nabi  saw.  seribu dua ratus sepuluh delapan likur tahun Dzalakhir, hari Jumat, empat hari bulan Rabiul-

 


akhir,  tatkala  itulah  datang  kapal  bemama ... dengan kapten  .  .  .  di  perlabuan  Bima.  Setelah  itu,  maka  pada sembilan  hari  bulan, paduka Tuan Kita menyambut surat yang dibawa  oleh kapitan kapal bemama .. . Mateus akan menambang serta bersambung.

Maka  kepada enam belas hari bulan, Paduka Tuan Kita Sri  Su!atan  Abdul  Hamid  dengan segala  wazir al-menteri-

5.  nya / ... menimbang kayu sampang, yakni di oi ule serta dengan  adat  alat  tahta  kerajaan,  serta  dengan  gendang, gong ,  serunai.  Setelah  sudah  datang  dan .. .  memulai menimbang kayu dengan kapitan ... serta Fetor Bima yang tiga  timbang.  Kemudian dari itu, maka Paduka Tuan Kita dengan ... serta Tuan Fetor lalu masuk lantas dalam kapal , serta  dihormatkan  oleh  kapal  dengan  memasang  meriam . Setelah  sudah  dalam  kapal ,  lalu  makan-minum ,  berlain- lain  serta  ramai-ramaian  yang  sebagaimana  istiadat  ya ng dahulu-dahulu. Setelah sudah habis demikian , maka Paduka Tuan  Kita  lalu  keluar  di  istana  serta  dihormat  dengan meriam oleh kapal adanya. /

10.  Hijrat  an-Nabi  saw . seribu dua ratus dua puluh genap tahun-tahun  Ha ,  pada  hari  Jumat,  tujuh  hari  bulan  Mu- haram,  tatkala  itulah  datang  kapal  Kompeni punya tiang singgah  di  labuan  Bima,  dua kapal perang, lima kapal saja , dan enam .. . , satu penjelajah . . . (?). Em pat belas jumlah- nya dengan satu orang besar, kepalanya komandan bernama .. . Maksudnya hendak pergi mengantarkan orang di  tanah negeri di timur bemama Ambon , Temate, Tetawai , singgah di labuan Bima sepuluh enam hari, sebab ia kekurangan air minum dan bekal ... (?) Telah .. . labuh di Bima.

Maka   Fetor  Bima  lalu  menyuruh juru  tulis  Wolanda 15 . bemama Hendrik I memanggil Paduka Tuan Kita as-Sultan

Abdul  Hamid.  Maka  Paduka  Tuan Kita menyanggupinya, serta lalu  menyurat kepada Bumi  Parise , dan juru bahasa menyampaikan kepada segala orang Bima yang .. . akan ... dibelinya dengan sepatutnya oleh Kompeni.

 


Maka  antara sehari lamanya, maka komandan dan ka- pitan-kapitan  bersama-sama  dengan  juru  tulis  .  .  .  yang masuk ... (?) dengan Tuan Kita di dalam istananya. Maka Paduka  Tuan  Kita  pun  memberi hormat seperti  istiadat Kompeni  punya,  serta  memasang  meriam,  berkeliling

20. benteng/istananya,     serta    beramai-ramai    makan-minum te[h],  melainkan   Fetor   tiada   sebab   ada   penyakitnya.

Setelah  habis  makan-minum,  komandan  dan  kepitan lalu bermohon pulang mendapat kapalnya. Maka antara tiga hari  lamanya,  hari  Arbaa,  maka  Paduka  Tuan  Kita  ber- angkat dirinya dan sekalian wazir al-menterinya, lalu naik, bertemu dengan komandan di  atas  kapal  perang itu, serta berkumpul  kapitan-kapitan  daripada  kapal-kapal  dan  loji yang lain-lain di  atas kapal perang itu. Maka oleh komandan pun  memberi  hormat  kepada  Paduka  Tuan  Kita  dengan sepertinya, serta lalu bermain-main, makan-minum , bersuka- sukaan dari pukul delapan sampai kepada pukul tengah lima siang  hari.  Setelah habis main-main di  dalam  kapal , maka segala matros hadir di dalam sekocinya, menanti turun Tuan Kita.  Maka Paduka Tuan Kita / pun di  dalam sekoci. Maka

25. Wolanda  matros  pun  berdayulah  yang  sebagaimana  adat dayu Wolanda  punya  matros.  Paduka  Tuan Kita kembali kepada istananya . Maka  komandan pun memasang meriam tanda hormatnya. Demikian juga mula-mula Tuan Kita naik, pasang  meriam  juga.  Setelah  ada  dalam  kapal,  Tuan  Kita hendaknya  melihat  kelarian  pelor meriam  di  dalam  kapal perang. Maka oleh komandan pun menyuruh pasang dengan pelurunya dua kali.

Demikianlah adanya. Tamat. 11

1.51 HALAMAN. 1 HALAMAN 2

I.  Hijrah ... (?) bulan Ramadhan, pada malam Jumat, dewasa itu ... (?) tolo nCandi yang dua ndui, wa lakin ... puluh  cindai  yang  dur d. w. 'a. w .a.h .... (?) yang disukai oleh Paduka Tuan Kita ... asal tanah nCandi ... (?) Pa-

 

5.  duka  /  yang  dua  ndui,  maka  dapat  dikeluarkan,  tetapi sebab  Paduka  Tuan  Kita  .  .  .  (?) kepada  tanah  nCandi itu.

Daripada  itu  Paduka Tuan Kita menukar dengan  dadi lanjarah di Sape yang .. . (?) serta membawa titah Paduka Tuan  Kita  akan menerima tanah nCandi, akan menyerah- kan dadi lanjarah ... (?) yaitu Nenti Mone Paruwa Ladola di dalam zaman Kakanda Wazir al-Muadzam Paduka Ab_dul Nabi  . . . (?) bergelar Bumi Jara Tolotui Bojo  La  Bajawa

10. dan  Bumi  Luma  Bolo  Abu Bakar nama .. .  (?) /  Abdul Rozak.

Hijrat an-Nabi  Saw.  seribu dua ratus dua puluh genap tahun  .  .  .  (?),  empat  belas  hari  bulan  Ramadhan, pada malam  Jumat,  dewasa  itulah  Duli  yang  Dipertuan  Kita Sri  Sultan  Abdul  Hamid  akan  meneguh  dengan  capnya , sebab ditukarkannya Tolo Pareka Lopi Jandui di  baratnya Penatoi  Toi  tanah  peninggalan  adinda  kadi  Jamaludin. Walakin  asal  tanah  Pareka Lopi yang sandui, maka dapat

15. keluarkan,  sebab Paduka /  Tuan Kita masih jua kesukaan kepada tanah Pareka itu.

Daripada  itu,  Paduka  Tuan  Kita  menukarkan  dengan dadi  lanjarah  di Sape  yang sandui .. . (?) jua, yaitu me- ngerjakan serta membawa  titah Tuan Kita akan menerima tanah Pareka  Lopi atau menyerahkan dadi lanjarah kepada o rang  Pareka · Lopi itu, yaitu Nenti  Mone  Paruwa  La  Dilu di  dalam  zamannya  Kakanda  Wazir  al -Muadzam,  Paduka Abdul  Nabi  dan ganti  Bumi  Luma  Rasanae  bergelar Bumi Jarah  Tolo  Tui  mBojo  Labuco  dan  Bumi ·Luma  Bolo  la Nawa Abu Bakar wa kutubuhu juru tulis Abdul Rozak.

Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu dua ratus dua puluh genap 20. tahun , pada tahun Ha, empat belas I hari bulan Ramadhan ,

pada malam Jumat, dewasa itulah  Duli  Paduka Tuan Kita Sri  Sultan  Abdul  Hamid  akan  meneguh  dengan  capnya, sebab ditukarkan tolo Nenti nCai sandui dua ndui dibawa- nya Penatoi maka itu tanah peninggalan adinda kadi Jamalu- din  Walakin  asal  tanah  nenti  nCai  yang  sandui  maka di-

 

keluarkan.   Walikin   sebab   Paduka   Tuan  Kita  masih  jua kesukaan kepada tanah Nenti nCai itu.

Daripada  itu,  Paduka  Tuan  Kita  menukarkan  dengan dadi  lanjarah  di  Sape  yang sandui jua, yaitu mengerjakan serta  membawa  titah  Tuan  Kita  akan  menerima  tanah Nenti  nCai  atau  menyerahkan  dadi  lanjarah  itu  kepada orang  Nenti  nCai,  yaitu  Nenti  Mone  Paruwa  La  Dilu  di

25. dalam  zaman  kakanda  I  Paduka  Abdul  Nabi  dan  ganti ... (?) mBojo ... mBojo La Baso dan. Bumi Luma Bolo Abu Bakar wa kutubuhu juru tulis ... (?). 11

hlm. 2

1.    duduk     berhimpitan  dalam   istana   dengan  segala  Wazir al-menteri ... (?)Raja Jenateke ismuhu Ismail.

Syahdan,   maka   Bumi   Luma   kedua   menyampaikan

. ,· . q) yang Dipertuan Kita kepada sekalian menteri-men- teri ... (?)  [ke]jadian kerajaan yang  dikerajaan kita ini.

Pada  malam  Sabtu,  lima  belas  hari  bulan  Jumadil Awal  .  .  .  (?)  menteri-menteri  pun  lalu  menyampaikan kepada sekalian Bumi Nae  dan Bumi Nggeko sampai sekali- an  gelarang-gelarang  atau  bumi-bumi  dan  majena-majena,

5.  maka I ... (?) jadikan dan  menghadirkan segala pekakas yang  sebagaimana  istiadat  yang dikerjakan.  Setelah sudah terhadir segala yang tersebut itu ... (?) Jumadilawal itulah Paduka Tuan Kita Wazir al-Muadzam dan kedua Bumi Luma menyuruh  pergi  mengambil  air  kepada  perafu  dan ...

.  .  .  (?) hari bulan itulah datang gendang gong sangaji ber- nama Warojali Sakanggo Donggo kepada rumah Jena Mone ... (?) Isnin, sepuluh hari bulan itulah Paduka Tuan Kita Wazir  al-Muadzam  memanggil  Bumi  Luma  kedua  akan

IO. disuruhnya I ... Nenti Mone  Toi bernama Semami, serta segala  Nenti  Mone  yang  lain ... Maka  pada hari  Selasa, sebelas hari bulan ... (?) dan Jena Luma Jena Mone, dan Bata  Dadi,  dan  dua  orang  perempuan  dalam  datu-datu negeri  sekalian  itu  .  .  .  (?) akan  menteri  satu sampai di dalam istana Warojali Sukanggo Donggo.

 


Setelah sampai dalam istana, maka turunlah Duli yang Dipertuan  Kita  Sultan pula Warojali, serta dibagi-bagikan- nya . . . kayu kain putih akan bahagian Wa.rojali  dan segala orang  perempuan  dan  laki-laki yang datang bersama-sama dengan Warojali dari negerinya akan menjagai dan meramai-

15. kan siang dan malam, dan bemyanyi, dan bermain I kalero. Maka pada hari Khamis, empat betas hari bulan itulah mem- buang  rakit,  tetapi  tiada  diramai-ramaikan  seperti  adat yang terdahulu

Maka  pada hari  Jumat  waktu  Asar,  empat  belas hari bulan itulah memulai berkumpul di  paseban sekalian wazir al-menteri,  Bumi  Nae,  Bumi  Nggeko,  dan  kadi  Abdul Mukmin,  serta  sekalian  guru-guru,  sebab  sekarang  malam Sabtu  memulai  mencak.  Setelah  berkumpul,  maka  lalu Wazir  al-Muadzam  dan  Bumi  Luma  keduanya  menyuruh beberapa  kepala  hulubalang  dan  segala  jenajara-jenajara yang menunggang kuda dan segala rakyatnya yang masing- masing  memakai  adat  perhiasan  yang  sebagaimana  alat kerajaan  yang  telah  sudah  diserahkannya  padanya,  akan

20. pergi  menyambut  /  siri  puan  di  Kampung  Melayu  dari rumah  penghulu  bemama  Sulaiman.  Setelah  sampai  ke sana,  maka  Bumi Perisi mBojo bemama Muhsin , dan Bumi Parise  Bolo  bemama Kosim  dan  penghulu lalu disuruhnya naik  dua  orang  laki-laki ,  anak  menteri-menteri  di  atas panca  persada akan memangkunya siri  puan itu serta lalu diangkat.

Maka  pasanglah  segala  bedil  tiga  kali,  serta  gendang gong  pun  berbunyilah  membawa  berjalan  menuju  kam- pung  Wolanda.  Setelah  sampai  di  hadapan  rumah  Fetor, loji  Kompeni Wolanda, yaitu Fetor Jakob, maka berhenti- lah di situ sebab menerima sepasang siri puan kepada Tuan Fetor. Setelah menerima lalu diangkat, lalu berjalan menuju

25. istana.  Maka  orang  /  Wolanda  dalam  loji  pun  memberi hormat dengan memasang meriam tujuh kali.

Setelah  hampir  di   hadapan  paseban,   maka  sekalian jenajara-jenajara   yang   menunggang   kuda   masing-masing

 

20

usir-mengusir,  dan  sekalian  kepala  hulubalang  masing- masing berkanjar-kanjar serta disambut kapitan dan letnan akan  membalasnya.  Setelah  itu lalu membawa masuk siri puan  itu di  beruga.  Maka gendang bernama Tandum ... dipalu orang.  Maka  Bumi  Bedil pun menyuruh anak buah- nya  memasang  meriam  dua  kali  tujuh  dengan  meriam bernama Lambiku.

Setelah  sudah itu, maka Paduka Tuan Kita menyuruh bermain  mencak  segala  anak  Melayu.  Demikianlah  akan dikerjakan  yang  berturut-turut  sampai  kepada  tiga  hari

30. menyambut siri  puan itu. /  Setelah sampai  malam  Sabtu, lima  belas  hari  bulan,  pukul  delapan  jam,  maka  Paduka Tuan kita Sri  Sultan turun mendapat beruga, serta Paduka Tuan Kita telah duduk kepada kedudukannya, maka Paduka Tuan Kita Sultan serta disuruhnya imam bernama //

1.51 , hlm. 3 dan 4

1.   bemama La Baso serta lalu berjagajaga tiga hari tiga malam dengan  bermain talulang atau barang  bagainya permainan.

Setelah sampai hari Arbaa, tujuh hari bulan itulah mem- buang bekas air man di, serta kiwari sekalian wazir almenteri, Bumi  Nae, Bumi ngGeko, laki-laki  perempuan, dan segala gelarang  dan  minum  I.pm.  manjan-manjan  dan  segala guru-guru. Maka adalah jumlahnya orang kiwari segala yang laki-laki  dan  perempuan  dua  ratus  sepuluh  tujuh real  se- oranj! dan kain Bima boleh empat helai b.d.t.t. meter kain, harganya  empat  puluh  tujuh  real  s.p.ng.d.  Maka ... (?)

5.   orang dua ratus enam puluh em pat I real dua soga seorang. Syahdan  maka  adalah sembelihnya kerbau, dan  beras,

dan  kuda, daR  kambing, atau hayam empat. Pertama-tama kerbau lirna puluh  ekor, dan  lalu kuda t5ga puluh delapan ekor, dan kambing delapan belas ekor, dan hayam dua ratus lirna puluh ekor, dan beras seribu dua ratus tiga puluh enam gantang. Demikianlah adanya.

Tamat alkalam al.n.s.s.h.  a.n.sy.h.a. kalam.

 

Alamat kebun Jeneli Parado bemama Sitawang dan Bu- mi Kaka bernama Sibali.

Hi.jrat an-Nabi seribu dua ratus dua puluh sembilan dua tahun-tahun JSm, pada malam Jumat, lima hari bulan Safar,

10. /  tatkala  itulah  Paduka Wazir  al-Muadzam  bergelar Tureli Donggo Abdul  Nabi  dan  !lumi Luma Bolo Hamzah datang mengadap serta memohonkan waktu dan hari kepada Duli yang  Dipertuan  Kita  akan memulai pekerjaan  kahwin Pa- duka Jeneli Parado bernama Sitawang, anak baginda Tuan Kita J eneli Bolo pertama di  Manggarai, meninggar di  Potah dengan  anakanda  Baginda  Paduka  Tuan  Kita  Sri  Sultan Bima  Abdul Hamid yang bemama ... Jamila Daeng Tongi bergelar Bumi Kaka adanya .

Syahdan  adalah  Duli yang dipertuan Kita yaitu mal am Arbaa , sepuluh hari  bulan Safar, ki ta akan mem ulai  peke r- jaan  itu , maka Paduka  Tuan  Kita Wazir  al-Muadzam  dan kedua  Bumi  Luma  sampai  sekalian  jeneli,  tureli ,  Bumi

JS . ngGeko , Bumi Nae , lalu  berkumpul I bermufakat daripada s egala  pekakas pekerjaan  itu , yaitu kerbau dan  be ras, a tau kud a ,  kambing,  atau  barang sebagainya , serta ditanamkan Jena Luma Bojo bernama Lawahi dan  Batah Dadi  dan ber- nama Bumi Jara Lawiu dan  Bumi Panti akan menjadi me- merintahkan pekerjaan kepada Raja Paduka . . . dan Tureli Bolo , karena keduanya menjadi ibu bapa oleh Daeng Tong dan Jena Mone Nae bernama La Musu, dan Jena Lum a Bolo . dan  Bumi Panti, dan  Bumi La Dirnur akan menjadi kepa la memerintahkan pekerjaan J eneli Parado.

Setelah  sampai  hari  Selasa ,  sepuluh  harl  bulan waktu Ashar,  maka  berkumpullah  segala  hulubalang  dengan alat senjatanya di paseban Subah, lalu pergi berjalan menuju Kampung Melayu, membuat panjar kepada rumah penghulu bernama  Sulaiman.  Setelah sampai  ke  sana, maka lalu  di- an gk.a tlah  panjar i tu  serta la! u  ia da tang kem bali  men uju Kampung  Bima.  Setelah  sampai  di  Subah, maka  berbagi dualah  segala  hulubalang  itu,  dan  segala  bunyi-bunyian , gendang,  gong,  tambur,  biduan  sebagai  yang  pergi  meng-

 


antar panjar Bumi Kaka kepada Jena Parado di  Kampung bj.y.d. , tetapi  tiada  berhormat dengan memasang meriam . Demikianlah yang  dikerjakan  pada tiap-tiap hari  tiga  hari .

Maka  pada malam Ar baa , pukul delapan , maka masing- masing  berkumpullah  jeneli,  tureli ,  laki-laki  perempuan kepada dua pihak pekerjaan. itu. Setelah selesailah atas ke- dudukannya,  maka  dinaikkanlah  Jeneli  Parado  di  atas singgasana.  Demikian  lagi  Bumi Kaka , serta imam Usman

20. pun  membaca  selawat  I  kepada  Jeneli  Parado  tiga  kali, dan  Tuan Kadi pun demikian jua membaca selawat kepada Bumi  Kaka ,  serta lalu  berzikir rati b  Maul ud  segala guru- guru.  Maka  bangkitlah  Rato Tureli  Belo  bemama  Abdul Karim  akan  memulai  melekatkan  hinai  kepada Jeneli Pa- rado ,  serta  diiringi  oleh  segala  rato-rato  yang  lain,  dan [de] mikian  lagi  Paduka  Wazir  al-Muadzam bangki t  akan memulai melekatkan hinai kepada Bumi Kaka serta diiringi pula  oleh  segala  rato-rato  yang  lain-fain , serta  berpasang meriam  selama.tujuh  kalinya  pada  awal  dan  akhimya.

Setelah  sudah  dilucupkan  hinai ,  diangkatlah  hidangan nasi  persantapan .  Setelah  bersantap,  maka  berbangkitlah orang laki-laki  perempuan yang berganti-ganti empat tung- gang  di  penunggang  laki-laki , dua  penunggang perempuan kepada Bumi Kaka, can serta penunggang laki-laki jua ke- pada  Jeneli  Parado  yang  bermain  talulang  berjaga-jaga.

25.  Demikianlah pekerjaan I khabar tuan-tuan kepada tiga malam itu, tetapi tiada memakai yang lain-lain rupa, melain- kan  kain Bima serta songko jua. Demikian lagi  perempuan, melainkan kain Bima jua.

Setelah genap tiga malam berjaga-jaga, maka pada hari Jumat, dua belas hari bulan Sapar, waktu Lohor, berkum- pullah  segala  jeneli,  tureli ,  Bumi  Nae,  Bumi  ngGeko ,  11

151,HALAMAN. 4

1.       dan  segala  guru-guru, segala hulubalang-hulubalang kepada laki-laki , perempuan, kepada rumah Jeneli Parado. Setelah

23

sudah  berkumpul  diaturkan  oleh  b.r.a.1.n.,  serta masing- masing  segala  jeneli,  tureli  yang  perempuan, serta kepada bini  Yang Dipertuan Kita yang bernama Sjbayah dan Tape Ite  dan  Sulaiman naik di  atas pabolekang , dan segala tureli yang laki-laki masing-masing bertunggang kuda.

Setelah  hadir  sekalian  itu ,  maka  diturunkan  Jeneli Parado,  lalu  dinaikkan  di  atas  pabolekang serta dikeliling oleh  talulang  laki  satu  penunggang .  Maka  Imam  Tuan

5 .  membaca selawat akan Nabi tiga , / memulai serta memasang meriam  sekali  tujuh  kali , lalu  berjalan  menuju  kampung Lewi  Ranggo,  serta  berbunyilah  gen dang,  gong ,  serunai , menyuruh  bendera  sepanjang  jalan,  serta  berzikir.Walad al-Habib segala  guru-guru.  Setelah sampai ke  sana , maka diketahui oleh menunggu b.t .n.y .t.d.

Maka  Bumi Luma Rasanae  segeralah melompat turun , memberi  hormat  dengan  real ,  baharu  sekalian  orang  itu boleh  masuk. Setelah sampai  ke  dalam  rumah  tempat ke - dua  di  pinggir, maka keliling-keliling naik mendapat tempa t kedua di  tekan , serta lalu dipasang meriam tujuh kali . Maka diangk atlah ... . Setelah sudah bertatap muka , bangkitlah berjaga-jaga  sampai  tiga  hari  tiga  malam .  Setelah  sampai

10 . waktu kepada . .. , bekas air mandi , I maka sekalian jeneli , tureli , Bumi Nae , Bumi Geko laki-laki  dan perempuan serta berkumpul.  Maka  disediakan  penan tian ,  serta  memasang meriam  tujuh  kali  aw al  mandinya dan  tujuh kali akhimya , serta lalu makan dan minum segala ratcrrato. Setelah sudah habis makam minum, maka kenduri sekalian jeneli , tureli , Bumi Nae , Bumi ngGeko , laki-laki  dan perempuan dan se- gala .. .  (?) dan  Jena Melayu kepada sekalian ... yang laki-laki  perempuan . Setelah itu maka berbunyilah gendang penarian , I alu bangki t seorang serta bennain .  .  .  (? ) laki- laki  dan  perempuan  sampai  lalu  pukul sepuluh. Maka se- kalian  rato-rato  pun  masing-masing  pulang  ke  rumahnya . Demikianlah sehabisnya pekerjaan.

 

24

Syahdan, maka tersebutlah segala pakaian Jeneli Parado dan Bumi Kaka, dan segala talulang dan segala jeneli, tureli

15 .... (?)I Bumi ngGeko, yaitu pertama juga Jeneli Parado memakai  pesangingan  sangi  merah,  da  Bumi Kaka  me- makai sangi warna lango-lango. Dan kedua hari berjaga-jaga J eneli  Parado  memakai  sangi  ungu  dan  Bumi Kaka me- makai sangi  lango-lango pesapu kuning dan ... (?) berjaga J eneli  Parado  sangi  lango-lango.  Dan  Bumi  Kakah  sangi hijau pesapu merah, dan pakaian pada tatkala diarak Jeneli Parado berjamluti  emas  dan sigar Bali, berkeris tatarapang, pesapu  putih,  dan  permainan  talulang  laki-laki  satu  pe- nunggang akan jadi ... kibu sigar kemumu pesapu ... dan Bumi Kaka topi berungu, baju merah, pesapu warna kuning. Dan  talulang  laki-laki  Sumbawa gadu putih hijau, pesapu merah, dan  laki-laki Sumbawa ... baju ungu pesapu putih, dan perempuan Bima.kain cawal delapan orang, kain  cindai empat orang, baju merah. Dan  pakaian  tatkala membuang air  mandi,  perempuan  bermain  sembilan ,  kain  cindai  de- lapan  orang, kain alang empat orang,  baju kemumu pesapu kuning, dan anak rato kain cawal delapan orang, kain cindai

20. em;iat orang,  berbaju rawuh pesapu  . ... (?) / Dan laki- laki  besar  gaduk  kibu,  sigar kemumu, pesapu  y .j .a., dan laki-laki  kecil kain cawal, kopiah putih, pesapu langu-langu adanya.

Syahdan  akan  kebanyakan  beras  atau  kerbau,  kuda, kambing yang disembelih pada ketika pekerjaan itu , yaitu beras  delapan  ratus gantang, dan kerbau empat puluh lima ekor,  dan  kuda.sepuluh enam  ekor, dan  kambing sepuluh tujuh ekor.

Demikianlah adanya wa katibuha juru tulis dalam yang keempat ismuhu Adam Saniullah, dan seorang bemama Bai- tul  Makmur,  dan  seorang Ibrahim Halilullah, dan  seorang ismuhu Ahmad adanya. //

 

1.52, him. 1 dan 2

1.  seorang abdi, dan Tureli Bolo seorang abdi, dan Bumi Sari Ntonggu  bergelar dan  Donggo  Rasa seorang abdi dan Bira Sape seorang abdi dan Encik Patua Sata Palo ... , Sata ... , baro  dan  segala  Nenti  mone, seorang abdi, dan lagi  yang perempuan  pertama  Rato Ibo Sabonto, cincin intan kecil dari batu tujuh dan istri Nene Rangah, cincin lingling emas berat  empat  emas,  dan  Raja  B'ilmi  Luma  Kae  bergelar Paduka Raid seorang abdi.

Maka  adalah  jumlah  mata  uang  .  .  .  segala  laki-laki, 5.   yaitu empat  ratus  empat  puluh  sembilan  real  I setengah

setahil  sekeping  piti  dan  kain  sarung  lima  kuri  setangi dan  lagi  jumlahnya mata uang  kiwari  segala  perempuan, yaitu (yaitu) .... Dan lagi  jumlahnya ke  dalam abdi dua belas  harganya  tiga  ratus  enam  puluh,  dan ... sebatang harganya  enam  puluh,  dan  tali  benang  tiga  puluh  lima real,  dan  sebentuk  cincin  intan  kecil  harganya  tiga  real, dan  kain  sarung  Bima  harganya sembilan puluh real,  dan sekain  mata  uang empat ratus sembilan  puluh empat real sebatang  dari  uang  sekeping.  Maka  adalah  jumlahnya se-

10. kalian kiwari itu seribu tujuh I puluh seorang sekeping, yang di  luar ... pertama  kiwari  Duli yang  Dipertuan Sultan, dan  kemudian  harinya  seorang  abdi  perempuan  adanya .

Wa  katibuhu juru tulis  di  dalam istana yang keempat adanya.  Alamat  Menggosok  Gigi  Bumi  Kaka  si  Jamila Hijrat  an-Nabi  saw.  seribu  dua  ratus  dua  puluh  delapan tahun, pada tahun Hafid, malam Isnin, sehari bulan Jumadil

. .. (?), ketika itulah Duli yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul  Hamid  Muhammad  Syah  Zillullah  fi'l-Alam  dan

15. kakanda  Wazir  al-Muadzam  bergelar  I  Abdul  Nabi  dan kedua Bumi  Luma sampai sekalian wazir al-menteri, Bumi Nae,  Bumi  ngGeko, dan sekalian guru-guru akan memandi lagi  berjaga  . .. (?) menggosok gigi  Bumi  Kaka anakanda Yang  Dipertuan  Kita  Sultan.  Maka  daripada  ha!  tertib sekalian di  kerajaan yang dikerjakan itu adalah seperti ...

 

26

kan  daripada  nama  pasang meriam  dan  tiada didudukkan di  atas  singgasana  dan  tiada  ber  .  . . (?) segala wazir al- menteri  dan  tiada  dari  Jali  Sekanggo  Donggo  dan  tiada pukul  gendang,  gong,  bernama  Tandar  Manduruh  dan tiada  Paduka  Tuan  Kita  dan  sekalian  wazir  al-menteri memakai ,Pesangingan  di  dalam  tiga  hari  berjaga-jaga  dan

20. tiada  memakai  Sambojolo  pada  ketika  menggosok I gigi itu jua yang berlainan dengan pekerjaan pada ketika Sultan Raja  Jenateke  karena  ia  anak  perempuan  oleh  Paduka Tuan Kita Sultan.

Syahdan maka tersebutlah kerajaan di dalam telah sudah berkumpul  Duli  Baginda  Pertuan  Kita  dengan  sekalian wazir  al-Menteri  atas  beruga  tempat  kedudukan,  maka lalu  Bumi  Kaka  didudukkan atas getah yang keemasan air memakai  sangi  hijau  pesapu  merah  berkida-kida . emas, serta  lalu  Duli  yang  Dipertuan  Kita  Sultan  menyuruh membaca selawat  dan ratib Maulud dan memasang meriam tuju!_l  kali,  karena ia  melekatkan hinai kepada Bumi Kaka.

Setelah  selesailah  daripada  itu,  serta  makan-minum beberapa  hidangan  persantapan,  maka  bangkitlah  orang bermain talulang, laki-laki perempuan berganti, serta adalah

25. ia memakai pakaian yang sebagaimana pada ketika / jaga- jaga  kepada  Raja  Jenateke.  Sampai  lalu  pukul  dua  belas tengah  malam,  maka  berhentilah  bermain  tatulang,  lalu diangkat  minuman  serta  masing-masing  pulang ke  rumah-

·nya.

Demikianlah pekerjaan yang berturut-turut kepada tiga malam  halnya  Bumi  Kaka  jua yang  disebutkan  pakaian supaya  diingat  pakaiannya.  Pada  kedua hari  berjaga-jaga memakai  sangi  merah,  pesapu  warna  kuning,  dan  ketiga hari  berjaga-jaga  ia  memakai  sangi  ungu,  pesapu  putih lekat-lekat,  serta memasang meriam tujuh kali.  Pada tiap- tiap  hari  yang  ketiga,  setelah  sampai  hari Rabu tiga hari bulan,  berkumpullah  Duli  yang  Dipertuan  Kita  Sultan dengan  segala  wazir  al-menteri,  serta  masing-masing  me- makai  pesangingan  dan  Bumi  Kaka  memakai  topi  besar

merah  berbajar  dengan  pesapu  putih  digosokkan  giginya oleh Bumi Perega Bojo. //

1.52, him  2

I. ... perempuan besar,  baju  ungu  berbedak putih, pesapu merah  perempuan  sandang  baju  rawah yang empat orang helai  kain  elang  yang  mengikut  berkain  cindai,  pesapu kuning .  Lagi  satu ... perempuan  sandang  kain  cindai yang ... kain  Jawa ling  mengikut  berbaju rawah  pesapu lepu-lepu  hari yang  dua-dua  pakaian  lagi  sedang talutang yang Sumbawa gaduk putih dan  sigar ungu pesapu merah. Laki-laki  sandang  kecil  kain  elang yang labir, kain  cindai yang  mengikut  pesapu  kuning,  kopiah  putih.  Laki-laki sedang  gaduk  merah,  sigar  hijau,  pesapu  putih.  Dan  laki perempuan  besar  talutang cara Sumbawa baju merah  ber- bidak  . . . (?) dan lagi perempuan anak raja-raja kain elang yang  labir yang  cindai  yang  mengikut sapu  wama merah dan  Raja  Sultan ... (?) [h] ijau  bergaduk hitam, kopiah hitam,  dan  Raja  Jenateke  memakai  sigar  ungu,  berbidak ungu  sapu  merah ... (?) [h] ijau  berbidak hijau, pesapu me rah.

Harl  yang  ketiga  berjaga-jaga,  laki-laki  besar,  sigar [h] ijau berbidak merah ... (?) putih empat orang memakai tatarapang  dan  laki-laki  sedang  talutang  cara  Sumbawa

5.  gaduk merah sigar bale [h] ijau sapu putih / ... (?) perem- puan besar baju ungu berbidak ungu pesapu merah, perem- puan  sedang  talutang  cara  Sumbawa  baju  ungu  berbidak putih ... (?) merah  dan  lagi  Raja  Sultan  memakai  pe- sangingan  antelas  (h] ijau  bergaduk  hitam,  kopiah  hi tarn, sapu merah, dan lagi  Raja Jenateke ... (?) putih berkain elang  pesapu  merah,  karena  ia  mendapat  demam  sedikit. Dan  lagi  Bumi  Kaka  baju lingu-lingu  berbidak lingu-lingu

.  .  .  (?) dan  kuning. Dan lahi pada hari Isnin ketiga meng- gosok  gigi,  yaitu  Raja  Sultan  memakai  pesangingan ... (?)  kuning,  gadok  hitam,  kopiah  hitam.  Dan  Raja  Jena- teke  memakai  topi  besar  yang  keemasan  bersigar  bale

 

28

10. ;yang  langu-langu  pesapu  /  dan  lagi  pakaian Bumi  Pereka yang  mengikut  giginya  itu  segera  turut  bertopi  hitam yang  merah  dan  lagi  pakaian  Bumi  Kaka  berbaju  merah

.  .  .  (?) ungu  pesapu putih, dan lagi segala inang pengasuh Raja Jenateke, masing-masing memakai sigar ungu berbidak putih sapu merah .

. . . (?) hari Selasa, tatkala pakaian Raja Sultan Sembolo Jolo pesangingan  dan kain ... (?) pakaian  Raja Jenateke pada ketiga dikeretakan ... sSembolo Jolo topi besar .s .. putih.  Dan  lagi  segala  wazir  al-menteri  dan  Bumi  Nae masing-masing memakai gabar dan ... Sembolo Jolo dan segala  Bumi ngGeko  masing-masing memakai gaduk hitam

15. hitam sebasar ungu.  Maka  talulang adalah masing-masing / memakai  pakaian  seperti  yang  telah  tersebut  dahulu  itu adanya.

Syahdan  maka  tersebutlah  kebanyakan  kuda,  kerbau, kambing,  ayam ,  atau  beras  yang dimasak, yaitu pertama- tama kerbau enam puluh ekor, dan  kuda enam puluh dua ekor, dan kambing sembilan belas, dan ayam tiga ratus lima buah,  dan  biri-biri  dua ekor, dan  beras seribu tujuh ratus delapan puluh gantang.  Demikian yang telah sudah diputus- kan  pemohon  oleh  juru tulis  dan  Rato  Bumi  Sari  Bolo bernama  Daeng  Mangalaya  dengan segala ... dan ... sdan lagi  orang  akan  cari  kapal  memerintahkan  segala  tempat persantapan  atau  minuman,  yaitu  kepada  tempat  nabi- nabi  di  Ketawah  bemama Rusin  dan  Bumi  Berlawah  ber- nama  Ibas  dengan  segala  Nenti Mone  dan  Bumi  Rancana

20. dan  /  kepada  tempat juadah, yaitu  anangguru peranakan Melayu  bemama  Jalal,  segala  juru  tulis,  dan  bumi ... bemama  . . . , dan  Bumi  Wirah  bernama Sangisa adanya.

Syahdan  maka  tersebutlah  kebanyakan  segala  budak, atau  orang,  atau  kain,  atau  barang  sebagainya.  Kiwari sekalian  raja-raja  atau  rakyat  laki-laki  perempuan,  yaitu pertama-tama  yang  laki-laki  sendiri  Raja  Sultan  sebilah tatarapang emas,  pakaian  Tuan  Kita  Jenateke  Sape  yang meninggal  di  Manggarai,  dan ... dengan segala abdi yang

 

29

mengerjakannya,  dan  semuanya  dadi  dari  negeri  Leso Monjo,  dan  segala  abdi  yang  mengerjakannya  dan  wazir al-mualim  tiga  orang  abdi  dan  satu  senapang  pamali dan Nenek Ranga satu tali  benang dikembang emas dan  Bumi Luma Rasanae. 11

1.53, him. 1-2

1.  Hijrat an-Nabi  saw.  sanat Ha,  pada enam  belas hari  bulan Rabiulakhir, malam  Ahad, memulai melorok rakit dan . .. obat yang diambil pada segenap para apu kesaktian. Keesok- an  harinya, jam pukul empat, pergilah membuang rakit itu dengan segala perkakasnya yang lengkap  [untuk] mancing. Setelah itu lalu diambil pula air laut itu akan dibuat obat, lalu  dinaikkan  di  atas  pabule  serta diriba seorang perem- puan, lalu berjalan kembali diiringi oleh gendang, gong, se- panjang jalan.

Setelah datang dalam  istana, lalu di  bawa masuk pada tempatnya.  Setelah  beberapa  saat  antaranya,  maka  ber- kumpul  pula  senjata,  kuda ,  dan  baris  subanae  di  bawah

5.  bendera,  yang  pergi  menyambut  siri  puanldi  kampung Melayu kepada  rumah penghulu Encik  Sahan. Dan setelah sampai  di  sana segala  alat senjata, lalu dinaikkan siri  puan itu  di  atas  pabule  dengan  diriba  oleh  seorang  anak  rato menari  serta  berjalan  menuju  bandang  balai  diikuti  oleh penghulu  dengan  segala  anak  Melayu  serta berbunyi gen- dang gong, serunai,  tambur, sambil bertempik sorak segala orang  itu,  tiada  mendengar  bunyi  lain  melainkan  bunyi manusia jua akan didengar sepanjang jalan dan !orang.

Maka  segala  orang  menonton tiada  terhisab  pada  tiap kampung yang di  pinggir jalan.  Adapun yang mendahului- nya  berjalan  senjata,  kuda ,  kemudian  baris subanae serta berbunyilah  gendang,  gong .  Setelah  sampai  dalam  pagar istana  sekalian itu, maka diturunkanlah siri  puan itu, lalu disambut  oleh  Anangguru  peranakan  Melayu  akan  mem-

10. bawa masuk dalam I tempatnya karena ialah yang empunya jabatan.

 

Demikianlah  berulang-ulang  tiga  malam  berinai itu di- lakukan.  Pada  hari  kehabisan mengambil siri  puan adalah titah Paduka Yang Dipertuan Kita kepada Bumi Parise, dan pengawal akan menyuruh bermain pencak pada segala anak Melayu  yang besertanya k [ ar?ena dilihat-lihat oleh Paduka Tuan Kita- serta mereka yang  dalam  majelis itu. Maka se- tel ah selesailah daripada bermain pencak, masing-masinglah (m asing)  segala  anak  Melayu  itu  pulang  ke  rumahnya.

Syahdan  maka  tersebutlah  duli  hadirat  Paduka  yang Dipertuan Kita Sri  Sultan  Ismail  ibn  Sultan  Abdul Hamid dan  Paduka  Tuan  Kita  Wazir  al-Muadam  Abdul  Nabi  ibn Haidir  dan  sekalian  rato-rato laki-laki  perempuan  Tureli , Jeneli ,  Bumi  Nae ,  Bumi  ngGeko,  lalu  kepada  imam  dan segala guru-guru.

15.  Maka pada malam Isnin tujuh belas hari bulan I memulai mendirikan  berjaga-jaga  sebab  dikarenakan  gigi  anaknya Paduka Jeneli Woha yang bernama si Bandi dan Siti anaknya Daeng Paliman.  Setelah dapat waktu dan saat berkumpullah segala  rato-rato, lalu masuk dalam tempat kedua di  pinggir akan menantikan keluar Paduka Tuan Kita jua. Kemudian, maka  keluarlah  Paduka  Tuan  Kita  kedua laki istri.  Maka serta diiringi oleh segala dayang-dayang dan biti perwara .

Kemudian  maka  keluarlah  si  Bandi  dan  Siti  serta di- dahulukan oleh segala  rato-rato perempuan, Tureli, Jeneli, Bumi  Nae,  Bumi  ngGeko,  Bumi  Sanciwe,  dan  Bumi  Asi Sekalian, ada yang mendahului aada yang kemudian. Maka si  Bandi dan Siti  lalu naik duduk di atas tilam dan bantal yang  gambarnya  tabir  langit-langit  berhiaskan  emas  dan perak.  Maka  bertambah-tambah sinarlah cahaya keduanya

20. dengan  memakai  sangi/hijau  berpasapu merah ,  yang  ber- tepikan emas sepuluh mata, dan berpintu buka, dan bersun- ting  emas,  berpermata  intan,  berselahkan  bunga-bungaan yang  amat  harum  baunya.  Jadi bertambahlah gilang-gemi- lang, kilau-kilauan , tiada dapat ditentang nyata. Maka segala mata  yang  memandang  amat  heran  tercengang  sebab melihat  paduka  anakanda  (r) kedua.  Maka  setelah itu da-

31

tanglah paduka yang baca melekatkan pacar pada keduanya. Maka  berselawatlah  oleh  khatib tua, lalu berzikir Maulud segala guru-guru. Maka Bumi bedil pun berpasanglah meriam sembilan  kali ,  serta  berbunyi  tambur dan jalitu Walanda. Kemudian Jeneli. Tureli keenam.

Maka  setelah  habis  pekerjaan  berinai  adalah  titah dan perintah Paduka Raja Bicara pada Nenti Mone Toi dan Bumi Luma  kedua akan  menyuruh berangkat nasi persantapan. YiSe~ah sudah santap, maka berdirilah menari perempu- an ,  kemudian  laki-laki  berganti-ganti  sampai  siang  hari .

25. Demikianlah  pekerjaan  berinai  di  dalam  tiga  /  hari  tiga malam.

Maka  pada  malam  kehabisan  berinai,  datanglah  Bumi Luma  Kae  anaknya Paduka Raja  Bicara , dan bininya tiga orang dengan  menghiasi dirinya beserta membawa talulang sendirinya,  dua  penangkah  perempuan.  Maka  keesokan harinya , pada hari Khami s dua puluh genap bulan , waktu menggosokkan giginya itu,  pada ketika itu jua Paduka Raja Bicara  dengan  segala  anak  buahnya  mengantar  pitua dan rumbai  akan  tanda  bertunangan  Bumi  Jara  Bojo  kepada anak Bandi dengan lengkap istiadat cara raja-raja .

Setelah itu maka berkumpul segala rato-rato , lalu duduk pada masing-masing tempatnya.  Maka  pada waktu Magrib , maka  keluarlah  Paduka  Tuan  Kita  Sri  Sultan  kedua  laki istri  beserta memang dengan si  Bandi dan Siti, lalu Paduka Tuan  Kita  memberi  titah  akan  menyuruh  kepada sendiri Jeneli  Woha  menggosokkan  giginya  si  Bandi  dan  Bumi Ndakatau kepada Siti.

30.  Setelah  selesailah  daripada  menggosok  gigi ,  /  maka berpasanglah  meriam  sebelas  kali  dan  dikerat  akan  ke- warinya oleh  Paduka  Raja  Bicara pada si  Bandi dan Tureli Belo kepada La lti. Setelah selesailah daripada demikian itu, maka  dihantarkan  oleh  Nenti  Mone  Toi  lujang  perak  di hadapan Paduka Tuan Kita  Sultan dan satu lujang kepada Paduka Tuan Kita Permaisuri akan tempat mengewuri , lalu didahulukan oleh Paduka Tuan Kita Raja Bicara, baharulah

 

32

segala  Tureli  dan Jeneli. Kemudian segala Bumi Nae,  Bumi ngGeko,  sampai  pada  segala  guru-guru  dan  segala dorang menari  laki-laki  Mone  dan segala  Gelarang.  Demikian lagi kepada Paduka Tuan Kita Permaisuri serta didahulukan oleh Bumi  Pejuri, kemudian segala  rato-rato perempuan sampai ke  atas,  lalu  ke  bawah  dengan  segala  orang menari  pe- rempuan.

35.  Maka  setelah  habis  kenduri, I diangkat  oranglah  nasi persantapan.  Maka  bertitahlah  Paduka  Tuan  Kita  kedua kepada  Bumi  Asi  Nae  akan  menyuruh  bermain  tojah. Adapun yang dahulu bermain tojah itu Paduka Anakanda Kedua dengan memakai pakaian menggosok giginya, yaitu gira  antelas  merah berbaju ungu,  bertopikan emas pesapu kuning bertepi emas, berponto busur, berselendang songke warna  keemasan,  bersarung  kuku  tatarapang,  bersunting emas  disalahkan  bunga-bungaan  yang  amat  harum

hi. 2

I.  baunya,  11  bersubang  intan.  Maka  berdirilah  Anakanda Kedua bermain tojah di hadapan majelis. Maka segala orang memandang heran tiada lagi ... (?) tingkah dan lakunya, laksana peri yang baharu turun dari kayangan sejuk dingin. Berkata Duli  Paduka,  "Pergi  Nene  Monang  almarhum  ke- mudian".

Maka- berdirilah istri  Paduka Tuan Kita .. . (?). Adapun cucunya  kem udian  berdirilah  segala  anak  rato-rato  yang lain, sekalian  memakai kain alang besempadan dengan per- hiasan  yang  lengkap.  Setelah habis bermain sama sekalian yang  laki-laki,  diangkat  oranglah  tempat  juadah  dengan

. .. (?).  Setelah selesailah daripada itu, maka Bumi  Luma pun masukl~h menghadap  ke  hadapan Paduka Tuan  Kita,

5.  serta menundukkan  kepalanya  dan mengangkatkan kedua belah  tangannya,  I  memohon  pulang  Paduka  Raja  Bicara dengan segala rato-rato.

Maka  dipukullah  gendang ... lalu Paduka Tuan Kita kedua  laki   istri   berjalan  masuk  mendapatkan  peraduan

 

33

dengan  segala  rato  perempuan.  Maka  malam  Jumat ialah titah  dan  perintah  ke  bawah  dull hadirat Baginda  Sultan kepada  Anangguru  menari  laki-laki  akan  menyuruh  ber- main  kanjar akan  [di ]lihat oleh Paduka Tuan Kita dengan segala .. .  (?) istana.  Maka  pada malamnya memain pula berjaga~aga dengan dua orang menteri dengan segala Bumi ngGeko  dan orang menari laki-laki  akan dinantikan mulai r.  w.  ng .  w.  serta bermain umi dan menari berganti-ganti laki-laki dan perempuan dalam tiga hari k.  l. t. h. Demikian lagi bermain kanjar.

Adapun  Paduka  Tuan  Kita  dalam  berjaga-jaga  yang kemudian tiada memakai cara adat. Maka Paduka Tuan Kita kedua  laki  istri  malam-malam  bermain  umi  dengan segala rato-rato  perempuan  dan  dayang-dayang  sekalian  dengan beberapa  papan.  Orang  memang  adalah  yang  kali  sampai siang hari.

Syahdan telah genaplah  tiga  malam  berjaga-jaga , maka l 0. pada keesokan harinya , I pada hari Isnin delapan likur hari

bulan ,  disediakan  oranglah  air  pemandiannya  dan  segala pergi tengah pukul dua betas jam. Maka  I. n. t.  y. " . n . a. h . kedua  pun keluarlah dengan  memakai kain cadu dan  ber- baju  putih, serta diiringi  oleh segala  rato-rato perempuan, pergi  mendapat  tempat pemandiannya . Maka  demikianlah oleh  rato  Luma  Panjuri. Maka  Bumi bedil pun mengintai- intai  di  luar · pagar  serta dilihatnya mandi, lalu melompat lari serta mengambil sapu membuang. Maka dibakarlah meriamnya sebelas kali .

Maka  setelah  habis  mandi ,  berkumpul  segala  Bumi ngGeko dan guru-guru dengan segala orang menari laki-laki perempuan waktu Asar.  Maka keluarlah Paduka Tuan Kita kedua  laki  istri,  diikuti  oleh  segala  nene,  rato-rato,  lalu diangkat oranglah nasi  persantapan.  Setelah itu maka  ber-dirilah  menari  perempuan  akan  dipandang  oleh  Paduka Tuan Kita kedua laki istri yang bermain umi. Sampai pukul dua malam  baharu undur segala rato-rato, pergi mendapat rumah tinggalnya. / (maka)

 

34

Hatta maka tersebutlah pakaian Paduka yang Dipertuan Kita tatkala berjaga-jaga dan tatkala jadi waktu menggosok gigi  itu dan  pakaian  anakanda  kedua  dan  pakaian  segala rato-rato Jeneli, Tureli, Bumi  Nae,  Bumi ngGeko. Adapun pada  permulaan  berjaga-jaga,  pakaian  Tuan  Kita  yaitu karoro  antelas  merah  dan  bersongko  payung,  berkiripan suri-suri  bertatah  intan  dan  berikat  pinggang  keemasan, berpeninti  yang  dekat  sepuluh  mutu.  Sikapnya  laksana Dewa-dewa  Indra kayangan; dan pada ~alam yang kedua, Paduka Tuan Kita memakai karoro antelas biru, dan pada malam  yang  Ke-3  karoro antelas yang ungu, dan pada waktu menggosok gigi,  Paduka Tuan Kita memakai karoro seting merah, berkeris tatarapang tahta kerajaan.  Adapun  pakaian Paduka Anakanda kedua pada tatkala memulai berinai memakai sangi hijau berpasapu merah, dan pada jaga  kedua sangi  langu-langu  berpasapu  putih.  Pada

20. malam  yang  ketiga  sangi  merah  berpasapu  putih, I  dan pakaian  segala  rato-rato  gira  dan  berbaju kancing dengan segala Bumi Nae, dan pakaian segala Bumi berkaroro seting hi tam dan bersongko hi tam balaka.  Adapun kebanyakan kerbau yang telah disembelih pada waktu itu 35, dan kuda 6 ekor, dan kambing 10 ekor, dan [h]ayam 100 genap, dan beras 3000 pikul.

Demikianlah  yang  diketahui  oleh  juru  bulis  supaya diingat  yang  lagi  akan datang.  Lain  daripada itu, wallahu 'alam bissawab. //

1.65,  hlm.  1

I .  oleh gelarang barang apa ini segala anak buahnya. Maka ada- lah  dua kayu  akan diadap gelarang beri budak dengan kerbau dan beras, tikar hanya pada p.s.ng. Tuan Kita as-Sultan tidak Lain daripada itu, setelah beri Paduka Jeneli Sape, maka pada hari Sabtu, Tuan  Kita berlayar menuju labuan Bajo. Waktu Magrib sampai labuan Bajo.  Maka  pada  hari  Isnin,  Tuan  Kita  pun keluar di  balai

 

35

labuan  Bajo.  Maka  segala  dalu  di  p.sy .r.  Gunung  Talo mengadap kepada Tuan Kita, yaitu lilin Jawa akan diadapan

5.  /  dengan  kain yang diadap Dalu  Guruba. Han ya lebai Gu- nunp:  Talo yang mengadap dengan budak seorang, dan ker- bau seek or, dan beras seusungan. Demikian juga segala dalu i tu masing-masing seek or kerbau, beras seusungan.

Maka kepada hari Khamis , rato perintah perahu dan Ra- to Jeneli Parado bermufakat dengan  sekalian juru ka[pal] yang tahu b .s.r.ng.y. air di Salang Kili Ban ta. Maka pada hari Ahad,  delapan  belas  hari  bulan Dzulkaidah meninggalkan negeri  labuan  Bajo waktu Subuh. Tuan Kita berlayar  me- nuju  Sangya.  Pukul  lima  sampai  di  labuan  Sajuru, tetapi perahu  Tuan  Kita  yang  mendahului  datang  di  labuan

10. [Sa]juru  daripada  sekalian  /  perahu  yang  banyak. Maka pad a hari Isnin pagi-pagi masing-masing m emakai kain pu tih akan  ~liru mengeliling  air  pemandian  Tuan  Kita  seperti adat dahulu kala. Maka pada hari ... (?) Tuan Kita turun permandian  oleh  Dalu  Sangya  akan  air  perabak  Sangya , sebab Tuan Kita telah  sudah  selamat  kembali pada tanah Bima , sebab .... (?) permandian Tuan Kita dengan sekalian rato-rato itulah Dalu Sangya bernama La Uli Halima menyu- ruh segala  anak  buahnya menyampaikan nasib permintaan Tuan Kita dengan segala rato-rato sampai pada segala orang banyak itu.

Maka Tuan Kita pun diminta dengan .. .. Maka pukul satu Tuan Kita masuk Jagi  dalam perahunya, serta . .. akan

15. I  beri  orang masuk  dalam  perahu supaya segera  berlayar. Maka sekalian orang banyak dari  ... itu pun masing-masing dalam perahu dengan .... Setelah itu, Tuan Kita menyuruh Anangguru  Parise  berlayar menuju  Sungai  Werah ... (?) sampai di labuan W era.

Maka  keesokan  hari  Arbaa pagi-pagi, Tuan kita meng- hadirkan dirinya hendak keluar seketika. Maka datang Bumi Ngoco.Bolo ganti Bumi Luma Bolo menyambut Tuan Kita. Setelah sudah keluar, maka Gelarang Werah .. . serta me- narik perahu Tuan Kita tanda kesukaan  dan rido hati me-

 

36

20. lihat wajah ... Duli Yang Di- /  pertuan Kita. Maka Tuan Kita  pun  keluar  di  darat serta naik di  atas  usungan, lalu beri berjalan mengadap, mendapat balai di Werah.

Setelah sudah duduk dalam  balai  itu Tuan Kita, maka segala orang yang datang di halaman balai itu beserta dengan bermain-main  kelero  lagi  seperti  pekerjaan  orang Sangya itu juga yang  dikerjakan  orang Werah. Setelah sudah itu, maka datang Jena Mone Nae  dan Jena Luma Bolo mohon kepada  Tuan  Kita  Raja  Bicara akan  bermohon berangkat nasi persan tapan. Maka Tuan Kita Raja Bicara pun menyu- ruh lekas. Maka sekalian orang besar di Werah sampai pada

25. segala  orang banyak itu datang membawa nasi persantapan Tuan  Kita sekalian I dan  nasi  akan makanan segala  orang bawa senjata Tuan Kita.

Setelah sudah makan nasi, maka berangkat lagi  air tuah akan  menerima Tuan Kita, dan  segala  orang banyak akan membawa senjata Tuan  Kita itu. Setelah sudah, maka ber- cakaplah  dahulu  Jena  Mone  Werah  dengan  segala  orang besar-besar  di  Werah.  Maka  sekalian  raja-raja,  Tuan  Kita Raja Bicara mendahului bercakap, maka diiringi oleh  Raja J eneli Sape, maka diikut //

1.65,  hlm.  2

l.  oleh raja perintah sampai pada segala.orang-orang besar ada- nya. Maka adalah dibawanya Gelarang Wera dengan segala anak bua[h]nya, yaitu kopang tiga real dua suku, dan kain putih delapan helai, dan kain berjuri empat helai.

Setelah sudah itu, maka Tuan Kita pun turun lagi dalam perahunya, lalu  berlayar menuju labuan  Rai.  Maka  adalah di  tengah berlayar, maka datanglah angin selatan bercampur dengan  tenggarah. Hampir waktu lsya di  Kuala Raba Tiah, berlabuh di situ.

Maka  keesokan  hari  Khamis Tuan Kita berlayar men- 5.   clapat  /  Batu Pahat. Maka hampir tengah hari sampailah di

Batu Pahat, lalu Tuan KSta naik dalam perahu sekoci akan

 

37

dibawa si  Loja yang disuruh  oleh  Tuan Kita perbuatan di Setamarang pukul tiga.  Maka Tuan Kita pun berlayar ma- suk di  Bima, waktu Asar sampai di  Jumbata. Setelah sudah jatuh sauh, maka datang hujan yang terlalu besar tanda ke-

dapatan untung Tuan Kita.

Harl  Sabtu Tuan  Kita  berlayar menuju Nanga  Romo. Pukul  sembilan  sampai  di  Nanga  Romo serta  berpasang meriam .  Maka  sekalian  perahu  pun masing-masing mema- sang bedil  dan  lela  rantaka .  Maka  disambut  meriam  dan bedil  seolah-olah  orang berperang lakunya. Maka dihormat

l 0 . oleh  Fetor serta  memasang meriam  delapan kali I seperti adat dahulu kala.

Setelah sudah i tu, maka datang Bumi Pareka menyam- but Duli  yang dipertuan  Kita, karena sekalian orang Bima yang  banyak  telah  berhadir  semuanya  akan  menyambut Tuan Kita. Maka Tuan Kita pun turun dalam  perahu  . . . sekoci. Maka orang manteros bergayu-gayu keluar di Nanga Romo. Maka segala  orang Bima yang banyak itu pun ma- sing-masing turun dalam air di  sungai, pegang sekoci tanda kesukaan  hatinya daripada Tuan  Kita sudah selamat men- capailah negerinya.

Setelah  sampai  akan  tempat  keluar,  lalu  naik  dalam usungan  serta berjalan  pergi  mendapat rumah Fetor. Maka Fetor  pun  menghormat  Paduka  Tuan  Kita  dengan  hati

15. ridhanya , lalu  tiba memegang tangan Tuan Kita / serta naik dalam rumahnya . Maka adalah Tuan Kita tiada lama duduk dengan  Fetor, maka Fetor memberi anggur akan minuman Tuan  Kita.  Setelah sudah itu , maka Tuan Kita pun minta pulang,  serta  turun  berjalan  diiringi  orang  banyak .  Maka adalah  umpamanya  banyak  tiada  terhisab  banyaknya, laksana laut rupanya .

Setelah sudah  di  bentela perahu, maka segala  gelarang Bima mengerjakan seperti adat Tanah Bima dahulu-dahulu. Maka Paduka Tuan Kita  Raja  Bicara dengan sekalian rato- rato mengerjakan pula hajatnya  kepada  Duli Tuan Kita, menghampar  kain  putih  dari  mula-mulanya  di  bawah

38

sun?ffi  itu yang lalu  ke  atas  sampan. Setelah sudah datang di  sampan  Encik  Buyung  dengan  Kanja  kepada  Pertuan

20. Kita,  Paduka  I  membuang  kopang  dengan  beras  kuning, lalu  Tuan  Kita  dalam istana dengan  selamat sempurnanya adanya.

Maka ~ada hari  Isnin, Tuan Kita duduk berkumpul lagi den?an Tureli J eneli dengan segala orang besar-besar di balai kenduri ke  bawah Duli yang Dipertuan Kita, tanda suka dan ridha  hatinya segala  orang-orang  besar Bima sampai pada segala rakyatnya kepada Tuan Kita sudah selamat kembali di  tanah negerinya. Maka adapun banyak-banyak batu-batu kiwari  (k.y .w .r.y.),  yaitu  kopang  seratus  delapan  puluh enam suku empat kopang adanya. //

1.72

Hijrat an-Nabi saw. seribu tiga.ratus enam tahun ... I, bada sembilan likur hari  bulan Jumadilakhir, empat hari  Gajah, tat- kala  itu ada  Ompu Cepe dan juru kunci dan  Jena Mone Nae yang ditaruhkan Pandaleka satu-satu rupa-rupa. Pertama-tama I

sah talam tern baga  . . .  30

sah cupu besar  . . .  10

talam  mangkok  besar  .  .  .  satu   pecah  tinggal  3 mangle ok sangi  . . .  5 pakaian

dan mangkok lakin  . . .  1 pakaian pasangi I

sah dan piring pelipu  . . .  3 pakaian

sah dan cupu yang kecil  . . .  20

sah dan basuh tangan perak  . . .  3

sah dan nita ... 3

sah ciru perak  . . .  3

sah cu pu perak  . . .  3

sah pandaleka tembaga ... 4

sah pedingi perak ... 10

1.72

1.          Peringatan kebanyakan beras dan kerbau atau kuda atau kambing dan domba, yakni biri-biri atau ayam akan sembe-

 

39

lih , yaitu kepada sunat Jenateke bernama Ismail , yaitu per- tama-tama beras  seribu tujuh ratus delapan puluh gan tang,

5.  dan kerb au  enam puluh em pat ekor, / dan 1rnda enam puluh dua  ekor, dan kambing sepuluh sembilan ekor dan domba , yakni  biri-biri  dua ekor, dan ayam tiga ratus lirna  buah. //

1.73 ,  hlm.1

I.  (Usman  akan  membaca  selawat  akan  Nabi  tiga  k a li , serta  gendang-gong pun  dipalu  orang dan Jena Bedil  pun memasang meriam dua.kali tujuh) .

Maka  Paduka  Tuan  Kita  Wazir  al-Muadzam  bangkit dari  duduk , lalu  ia  pergi  melekatkan hinai kepada kaki  ta- ngan  Raja  Jenateke. Maka  diiringi  pula  oleh Nene Rangah dengan  segala  menteri-menteri  beriring-iringan  bergan ti- gan ti  melekatkan hinai kepada Raja J enateke. Setelah sud ah habis sekalian  guru-guru yang berzikir ratib maulud , maka dilucuplah  hinai  kepada  kaki  tangan  Raja  Jenateke , serta

5.  meriarn  berpasang /  lagi  dua kali  tojuh dan gendang-gong . Maka gendang-gong itu ditalu orang. Setelah sudah berhenti segala  bumi dan  bini itu , maka hidangan  persantapan pun diangkat oranglah . Adapun yang dahulu mengangkatnya i tu anak  Rato Saleh  yang memakai  gadung putih , sigar  ungu , saputangan merah.

Se telah  ha bis  persan tapan ,  maka  sekalian  dayang-da- yan g, beberapa kawan-kawan yang bermain talulang turun- lah dari  istana , pergi  mendapat barugah serta berjalan me- lenggang  oleh  segala  hulubalang dan  orang memakai  baju tarian . Demikian lagi  memalu gendang-gong. Setelah sampai kepada tempat kedua .. . (?), maka Paduka Tuan Kita me- niup peluit akan diisyaratkan menyuruh bermain. Maka lalu

10. sekawanan talulang laki-laki besar bangkit menari I bermain talulang.

Setelah sudah bermain laki-laki, maka bangki t.lagi ber- main  perempuan,  demikian  bertukar-tukar  dan  berganti- ganti .  Demikianlah  laki-laki  dan  perempuan serta masing- masing  berlain-lain  warna jenis pakaiannya. Setelah sudah

 

40

berhen ti  segala  bermain  talulang  yang  be bera pa  kawan, maka berkatalah paduka t.r., maka lalu Paduka Tuan Kita menyuruh angkat t.y .s. minuman, serta lalu masing-masing berminum-minuman  dan  beberapa jenis makanan juadah. Setelah sudah habis makan-minum, maka.lalu Bumi Sampio memalu gendang-gong besar s.n.w.

Maka Paduka Tuan Kita pun turun di baruga mendapat istana  (h)nya.  Setelah  sampai  ke  halaman  pintu  istana, maka  Bumi  Bedil  pun  memasang meriam dua kali tujuh, serta sekalian wazir menteri, Bumi Nae, Bumi ngGeko, laki- laki  perempuan,  masing-masing  turun  berjalan  mendapat

15. rumah tangganya, dan Paduka Tuan Kita Wazir / al-Muad- zam  dengan  segala  anak  istrinya  lalu  mendapat  baruga tumpu,  karena  di  situ  tempat  kedudukannya  di  dalam ista[na]  memerintahkan  pekerjaan  itu,  dan  demikian lagi Nene Ranga dengan  segala  anak istrinya mendapat istana Paduka  Tuan  Kita  Sultan,  karena  di  situlah  tempat ke- dudukannya  pada  ketika  pekerjaan  itu.  Demikianlah  hal pekerjaan  yang  berturut-turut  tiga  malam  berjaga-jaga.

Maka pada hari Isnin, tujuh belas hari bulan itulah Raja Jenateke  menggosokkan  gigi,  dan  yang menggosoknya itu Bumi  Pareka  Bojo  Daeng Marewa bernama La  Baso,  dan Bumi  Ngoco  Bojo  bernama  Abdul  Karim  yang menjadi )!an ti bicara dari pinggir i tu lalu meninggalkan di sana, serta Bumi Bedil memasang meriam dua kali tujuh awalnya. De- mikian  lagi  pada  akhirnya  menggosok  gi~.  Setelah  itu, makan minum bersuka-sukaan serta bermain talulang laki- laki perempuan, sampai lalu pukul dua belas tengah malam .

20. I  lalu  diangkat  minuman,  persan tapan, juadah, serta  lalu masing-masing pulang mendapat rumah tangganya.

Setelah keesokan  hari  Selasa, delapan belas hari bulan, maka  berkumpul  sekalian  wazir  menteri,  laki-laki  serta perempuan,  dan  sekalian  guru-guru,  dan  Melayu  Bugis. Setelah sudah  berkumpul  dan berhadir perkakas dan  per- hiasan, maka lalu  Paduka Tuan Kita dan kakandanya, Wa- zir  al-Muadzam,  memanggil  Raja  Jenateke;  disuruhnya

 

41

duduk  pada  antara  keduanya  serta  Wawu  dipanggilnya , ta:pi  mengerti jambul  Raja  Jenateke, serta adalah bahagian tapi  emas  lima emas  yang diperbuat seperti sebentuk cin- cin ,  serta  Bumi  Bedil  memasang  meriam  dua  kali  tujuh.

Maka Raja Jenateke lalu  bangkit pergi bersalin pakaian- nya. Setelah sudah ia memakai , lalu hendak menuju  baruga bersama-sama si Abdullah , anak Bumi Ngoco Bojo Sijapuk ,

25 . / serta Paduka Tuan Kita Sultan memanggil khatib tua ber- nama Ali. Setelah itu lalu disunat, tetapi didahului sunat si Abdullah akan dicobai pisau separuh sendiri Raja Jena teke , serta  lalu  Bumi  Bedil  memasang meriam  dua  kali  tujuh. Maka Bumi Tonggo Risa bemama Hakim disuruh oleh Duli yang dipertuan Kita mentabur uang lima puluh real di  atas baruga , dan dua orang Dambe Monetoi bernama Sambi dan seorang bernama  lsya , akan  menabur piti lima puluh re al di  halaman istana. Maka gegerlah sekalian orang memungut .

Setelah itu, maka turunlah Bumi Luma dan Bumi Sam- pio,  lalu  memalu  gendang-gong.  Maka  bercakaplah  Bumi Luma  Rasa  Nae  yang dahulu , serta diiringi  oleh  Yang Di- pertuan  Kita  Raja  Bicara , lalu  di turut oleh  sekalian  wazir

30. menteri-menteri / dan Bumi Nae , Bumi ngGeko, dan sekali- an  anangguru-anangguru , dan  jenajara-jenajara, dan  mabu- mi-mabumi,  dan  majena-majena,  melainkan  Nene  Ranga dengan Menteri Sambawa jua yang tiada bercakap .

Setelah sudah sekalian bercakap , maka.lalu naik masing- masing mendapat tempat kedudukannya, serta lalu diangkat hidan)!an  persan tapan. Setelah sudah i tu, lalu Paduka Tuan Kita  menyuruh  memalu  gendang,  serunai," akan  bermain toja , yai tu yang pertama-tama bermain Sakima , gundik Pa- duka Tuan Kita //

1.73,  him .  2

1.  Sultan dan si  ldung istri Jeneli Monta bernama Lalu Abdul- lah , dan kemudian lagi  Bumi Kaka , Dayang Tongi bemama Jamila ,  dan  kemudian  lagi  Sitani  dan  Simida,  keduanya

 

42

gundik Paduka Tuan Kita , kemudian lagi  si lsya anak Bumi Baralau , dan  si  Mina  anak Bumi Luma Rasa  Nae,  dan ke- mudian lagi  si l3ami  dan -si Sarah, keduanya itu adinda Rajq Bicara. Sekianlah nama perempuan yang bermain toja.

Maka kemudian diiringi  pula oleh yang laki-laki , yai tu pertama  Jeneli  Perado  Daeng  Mataya  bemama si  Tadang yang bersama-sama dengan  Bumi Rorah, Daeng Mengawai

5.  bemama I  La  Sape bergelar Anangguru  Talulang,  dan  ke- mudian lagi  Bumi Luma Rasanae , dan ke_mudian  lagi  Bumi Jarah Belo bemama La Njuri bergelar Anangguru Talulang. Sekianlah laki-laki yang bermain toja .

Setelah  sudah itu, maka bangkitlah  talulang yang ber- gan ti-gan ti  laki-laki dan perenpuan sampai pukul dua belas . Paduka Tuan Kita menyuruh an¢<at juadah, makan-makan- an , dan  t.ng.y.r.  s.m.t.,  lalu masin~masing pulang ke ru- mahnya. Setelah berjaga-jaga tiga malam, bermain talulang, dan  pada siang  hari  bermain  kanjar,  segala  anak raja-raja atau mancak atau barang sebagian permainan nukas Melayu dan bermain Manggarai.

Setelah sudah itu, maka pada hari Jumat, dua likur hari bulan  itulah  membuang   b.k.s.a. Maka    m.b.t.d.y .   Raja

IO . Jenateke dan I perkataan raja yang ketiga , yaitu Gelarang Sape  bemama Sawi,  dan  Gelarang  Rendah, dan  Gelarang Bolo  yang  mengatakan  perkataan  yang sebagaimana  dari ham ba kepada Tuhan.

Setelah sudah itu, maka bercakaplah  Raja Bicara pada sekalian wazir al-menteri atau Bumi Nae, Bumi Nggeko, dan mabumi  dan  Dambe  Mone,  dan  segala  gelarang-gelarang. Setelah sudah ha bis bercakap-cakap, lalu masing-masing naik kenduri ke  hadapan Duli yang Dipertuan Kita Sultan  dan anakanda Raja  Jenateke , serta lalu diangkat hidangan per- santapan. Setelah sudah habis persantapan , maka ·bangkitlah orang yang bermain  talulang,  laki-laki  perempuan semua. Lalu  pukul dua belas  maka diangkatlah minuman  teh dan beberapajenis juadah makan-makanan.

 

43

15.  Setelah itu, maka Paduka Tuan Kita /  Sultan disambut oran_g  memalu  gendang, serta lalu Paduka Tuap Kita turun pulang di  istana. Demikian lagi segala wazir menteri masing- masin? pulang ke rumahnya .

Syahdan maka tersebutlah peringatan segala jenis pakai- an  Duli  yang dipertuan  Kita  Sri  Sultan dan  Raja J enateke sampai  sekalian  wazir al-menteri , Bumi Nae, Bumi Nggeko atau  segala  talulang  laki-laki  perempuan,  yaitu  pertama- tama  pada  ketika  memulai  berjaga-jaga  malam , sebab Pa- duka  Tuan  Kita  Sri  Sultan memakai  pesangingan  camluti kuning,  bergaduk hitam , kopiah hitam, saputangan  merah berkida-kida emas, berkeris cori-cori berhiasi intan bemama

20. Burakuwal, dan  bercincin permata intan biduri, / dan  Raja J enateke  sigar  merah,  berbiduk  merah, saputangan  putih berkida-kida, berkeris tatarapang berbentuk naga yang ber- juang,  dan  saudaranya  Bumi  Kaka,  Daeng Pungi, berbaju merah , biduk merah, bersanggul petindah, bersunting emas ditatah intan, dan  memakai  keris  tatarapang ditata  intan, dan  berpentindah  busur  emas  dan  bangkar  tarung  emas ditatah in tan. Dan  segala wazir al-menteri dan segala Bumi Nae  memakai  pesangingan  yang  beberapa jenis ,  bergarup hitam, kopiah  Arab  melainkan  yang muda boleh jua me-

25 . makai  kopiah hi tam, I dan  segala  Bumi ngGeko memakai gaduk  hitam  dan  kopiah  hitam.  Demikianlah  pakaian  se- _gala  wazir al-menteri dan Bumi Nae, Bumi ngGeko di dalam ti ga  malam pan car i tu. Dan pakaian orang talulan g pertama- tama  jaga-jaga .itU,  yaitu  laki-laki  besar  memakai  gaduk merah bersigar ijo, saputangan putih. Dan em pat orang yang soghir memakai tatarapang emas, sekalian itu berpatika dan mali,  dan  laki-laki  sedang  gaduk  putih,  bersigar  ungu , saputangan  merah,  sekalian  itu  berpatika  dan  mali,  /

30. dan  laki-laki sedang kecil memakai kain cindai yang soglzir, kain jaw al  yang mengika t, sapu [ tangan] putih, sekalian ber- k opiah putih. //

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar