USM7uKzrSsmCaVoTHNCgNHTLw5k8mZOpxmzx7nna
Bookmark

Ompu Roti

 

Tidak banyak kita tahu siapa sesungguhnya Ompu Roti, lebih2 generasi muda di kalangan masyarakat Wera khususnya dan masyarakat Bima pada umumnya.

Ompu Roti alias La Ranto adalah Tokoh sentral orang Wera yg sangat dipercaya dan disegani kesultanan Bima sebagai pelindung dan penasehat kesultanan Islam Bima, jika diukur dgn rata2 usia produktif manusia di zaman itu beliau diperkirakan hidup atau namanya berkibar sekitar zaman Kesultanan Abdullah (Ruma Ma Wa'a Adil) yg memerintah pd tahun 1854—1868, kesutanan Abdul Azis (Ruma Ma Wa'a Sampela) yg memerintah tahun 1868- 1881 M hingga sultan Ibrahim (Ruma Matahoparange) yg memerintah sejak tahun 1881—1915 M. Bahkan menurut Catatan sejarah dalam Kitab BO Ompuroti sudah berkibar sejak sebelum kesultanan Abdul Kadim Muhammad Syah (Ruma ma Wa'a Taho) memerintah pd tahun 1751-1773 M. Sultan yg memerintah sebelum Abdul Kadim Muhammad Syah adalah Sultan ke 7 yaitu Kamalat Syah (Ruma Ma Rante Patola Sitti Rabi’ah) yg memerintah pada 1748—1751 M.

Menurut catatan Kitab BO dalam misi mengamankan wilayah kekuasaan kerajaan Bima di Manggarai, Reo dan Floles Ompuroti dengan Pasukannya yg terdiri dari Orang2 Wera (Dikenal dengan Pasukan ANANGURU WERA). Dalam misi itu ANANGURU WERA dengan pimpinan Ompuroti membawa 3 misi yaitu (1) misi kelasykaran/pasukan dengan Panglimanya Ompuroti, (2) misi pemerintahan, dan (3) misi Teknis. Dengan misi itu diharapkan kekuasaan kesultanan Bima akan menjadi semakin kuat.

Dalam Kitab BO SANGAJI MBOJO Nama Ompu Roti sering jg disebut Ahmad Ranto atau Guru dari Wera. Kekuasaan Ompu Roti sebenanrnya tidak hanya di Wera dan Ambalawi skrg, namun juga meliputi seluruh wilayah Pesisir Utara Bima termasuk Sape hingga Manggarai, Reo, hingga Pulau Roti. Setiap wilayah yg disinggahi Ompuroti memiliki Istri shg sampai saat ini semua wilayah yg disinggahi Ompuroti memiliki keturunan. Kedudukan ompuroti sebenarnya berada di Istana kesultanan Bima sebagai salah satu penasehat kesultanan di bidang Syariah dan pertahanan keamanan, Jabatan Ompu Nae pada zaman itu (setingkat Jeneli atau camat sekarang) di wilayah kekuasaannya dipegang oleh anak2 dan cucu2 Ompuroti atau tokoh2 kepercayaannya.

Catatan sejarah dan peran orang Wera selama ini minim diketahui masyaskat Bima oada umumnya. Tapi orang2 tua Wera sangat tahu dan mengenal siapa sesungguhnya Ompu Roti. Saking banyaknya dokumen2 sejarah kesultaan Bima maka sebagian besar catatan sejarah Bima tidak terangkum semua dlm Kitab BO SANGAJI MBOJO, termasuk peran orang Wera dalam sejarah Bima, disamping itu catatan sejarah Bima menggunakan bahasa arab melayu asli shg sangat minim sekali putra Bima yg dpt membaca ejaan bahasa arab melayu, demikian menurut putri Sultan Bima yg terakhir M. Salahuddin Alm. Ibu Hajah Siti Mariam (Ruma Mari). Tapi bagaimanapun keturunan Sultan Bima yg asli pasti tahu tentang Ompu Roti dan orang wera, bisa dilihat hingga saat ini foto Ompu Roti masih terpampang baik di Istana Kesultanan Bima. Sampai Makam Ompu Roti pun berada pada lingkaran pejuang2 kesultanan Bima. Keturunan ompu roti dan orang wera pun banyak berdomisili/tinggal disekitar Istana bima atas keinginan Sultan Bima sendiri, dan hingga sekarang pun masih ada.

Sejatinya bagi keluarga kesultanan Bima orang Wera dgn tokohnya Ompu Roti dan Turunan kakek buyutnya orang2 wera di atasnya, yaitu sejak zaman kesultanan Islam pertama Bima LA KAI (Sultan Abdul Kahir I) memiliki peran besar bagi lahirnya Kesultanan Islam Bima. "LA KAI ada dan selamat berkat perjuangan orang Wera". ketika La KAI dan saudaranya yg masih belia ingin dibunuh oleh pamannya yg berambisi menjadi Raja (Raja Salisi), Pasukan Raja Salisi yg dibantu tentara Belanda, LA KAI berhasil diselamatkan oleh orang Wera dalam perang yg cukup sengit di so Bala Wera (skrg Desa Bala) dlm rangka menyelamatkan La Kai, berkat kelihaian orang wera LA KAI pun selamat, sementara saudaranya LA KAI hilang jejaknya dipadang savana Wera, diduga saudara La Kai tersebut mati terbakar dalam pengejaran yg dilakukan oleh pasukaan Raja Salisi di Mpori wera shg raja yg hilang di mpori wera ini dijuliki RUMA MA MODA DEI MPORI WERA. La Kai sendiri berhasil diselamatkan orang Wera (yg dikenal dengan kelompok Ompu Cili) disembunyikan (Ra cili) di Gunung Sangiang hingga dibawa ke kesultanan Islam Goa-Tallo di Makasar hingga Dewasa dan atas dukungan pasukan kerajaan Goa-Tallo dan dukungan orang Wera dan Sape maka LA KAI kembali berhasil merebut kerajaan Bima dari kekuasaan Pamannya Salisi yg masih Hindu, maka jadilah Sultan Islam pertama di Bima pada tahun 1620—1640 M yg dipimpin LA KAI. Sehingga tidaklah berlebihan jika dinyatakan bhw "tanpa orang Wera tidak akan ada La Kai dan kesultanan Islam Bima yg raja pertamanya adl La Kai (sultan Abdul Kahir I)". La Kai jg dijuluki atau diberi gelar sbg Ruma Ma Bata Wadu. Sampai ada perjanjian Sumpah setia antara sultan Bima La Kai dengan orang Wera yg dikenal dgn Perjanjian WADU MBI'A. Point penting Dalam perjanjian Sumpah Setia WADU MBI'A adl orang wera akan selalu setia melindungi, menjaga Raja Bima dan keturunannya, Karena itu bagi kesultanan Bima orang Wera adalah AMA RA OMPU NA. Sebaliknya Raja Bima dan keturunannya wajib mengingat jasa orang wera hingga turunannya, bahkan menurut cerita turun tenurun org2 tua di Wera jika Raja Bima dan Turunannga tidak mematuhi Sumpahnga maka akan menghadapi mara bahaya sesuai sumpah Setia WADU MBI'A. Sehingga bisa jadi kenapa Alm bupati Ferry Zulkarnain begitu besar perhatiannya thd dana Wera krn sudah pasti beliau berpegang teguh dgn Sumpah Setia WADU MBI'A. Bahkan Pencalonan Legislatif keluarga Sultan Bima pilihan DAPILnya selalu dipilih DAPIL Wera-Ambalawi. Berbeda jauh dibanding dengan bupati2 sebelumnya dan itu memang tidak bisa dibantah. Bisa jadi Julukan La Kai sbg MA BATA WADU ada kaitanya dgn perjanjian WADU MBI'A.

Dari sejarah sepak terjangnya orang wera sejak zaman La Kai, ketokohan Ompu Roti hanya rentetan akhir peran orang2 wera jauh sebelumnya. Seperti disampaikan diatas Ompu Roti sendiri diperkirakan hidup dan berkuasa sejak kesultanan ke 7 hingga ke 13. pada zaman kesultanan ke 14 (sultan terakhir) yg dipimpin oleh sultan Muhammad Salahuddin peran ompuroti dilanjutkan oleh anak2 Ompuroti. Sultan Muhammad Salahuddin adalah anak dari sultan Ibrahim. Ketika Sultan Muhammad salahudin memerintah Anak Ompu Roti yg bernama "Ahmad Bin Ompu Roti selalu berada disamping sultan sebagai orang kepercayaan dan penasehat. Keturunan Ompu Roti pun tinggal di sekitar istana Bima (utamanya di kampo Sigi dan Saleko Skrg). Ahmad adl putra Ompu Roti yg dinobatkan sebagai Ompu Nae Wera pada zaman kesultanan Muhammad Salahuddin. Anak tertua Ahmad Bin Ompu Roti pun yg bernama Abubakar bin Ahmad Ompuroti dipercaya oleh sultan Bima Muh. Salahuddin sbg salah seorang terdekatnya. Anak cucu Ompuroti pun banyak yg dinikahkan dengan klrg Sultan Bima. Orang2 wera sejak zaman La Kai hingga zaman Sultan Muh. Salahudin selalu berada disamping raja yaitu sebagai pelindung, penjaga dan penasehat. Raja tidak akan merasa Nyaman jika jauh dari AMA RA OMPU-nya org wera.

Ompu Roti hanya bagian akhir dalam rentetan sejarah orang wera dan sejarah peran org wera dalam kesultanan Bima maupun dalam melawan Belanda. Ompuroti ibaratnya adalah PAHLAWAN TANDA JASA, namun Ompu Roti tentunya tidak sendiri, Ompu Roti hanya sebagai simbol org wera dan turunan2nya. Turunan Ompu Roti atau kakek buyutnya Ompu Roti dan tokoh2 Wera pada zamannya lah yg memiliki peran sejak Zaman La Kai. Kelompok orang Wera yg di motori Kakek buyutnya Ompu roti lah yg berperang melawan Raja Salisi yg berkomplot dgn Belanda yg ingin membunuh La Kai dan sodaranya.

Ompu Roti dalam masa pertengahan hingga masa akhir kesultanan Bima memiliki peranan besar mengamankan wilayah kekuasaan kesultanan Bima di pesisir utara antara lain di Wera/Ambalawi, sape, manggarai, Reo, Flores hingga pulau Roti (pulau Rote). Bahkan nama pulau Roti/Rote diambil dr nama ompu roti untuk mengenang jasa2nya. Keturunan ompu roti ini ada dimana2 tdk hanya di Wera dan Ambalawi skrg tp menyebar di sape mulai dari Pai, Kalo, pajo, buncu, Kowo, pulau Nisa Nae sape, di manggarai, Reo, Frores hingga di Pulau rote. keturunan ompu roti di wilayah Barat menyebar di wilayah palibelo, Belo hingga di woha. Turunan Ompu roti di wilayah barat paling banyak ada di Ntonggu dan Samili. Di Samili Ompu Roti memiliki Istri hingga turunannya masih ada sampai sekarang.

Menurut cerita orang2 tua wera Ompu roti ini gagah berani pantang menyerah, cukup sakti, kebal, bisa berjalan di atas air, bisa menghilang dan muncul seketika. Kesaktian para Sultan Bima berhubungan erat dgn kesaktian yg dimiliki Ompu Roti dan orang wera. Tentunya Tdk hanya ompu roti, tp Orang2 wera memang pada Zaman dahulu umumnya dikenal sakti. Lalu kesaktian org wera secara perlahan makin hilang seiring dengan perkembangan Zaman dan masuknya Islam di wilayah kesultanan Bima. Karena itu Ompu Roti dan org wera umumnya memiliki hubungan emosional dengan Sultan2 Bima pada zamannya bahkan hingga sekarang.

By: M. Yamin D'Onne

sumber: cerita org2 tua wera

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar